KAPTEN - SEBUAH CERITA PAHLAWAN NASIONAL

Herlan Herdiana
Chapter #14

14. Pukulan

“Tak ingin dibicarakan?” Sambil menunggu serangan berikutnya dari Darwin,

 “Tidak! Beginilah cara laki-laki menyelesaikan masalah?” Lalu ada semacam aura merah menyelimuti tangan kanan Darwin, pertanda Ia sangat serius dan mengeluarkan semua kekuatanya.

“Aku tahu! Tapi Aku tidak mengerti, apa masalahmu denganku?”

Darwin menyerangnya dengan kekuatan penuh lagi, dan menghancurkan beton untuk pejalan kaki di samping jalan. Sementara Satria menghindar dengan melompat sejauh sekitar 5 meter,

Darwin mulai kelelahan, dan menghentikan semua kegiatan memukul anginya. “Aku selalu memisahkan antara pekerjaan dan juga masalah pribadi! TAPI TIDAK UNTUK ORANG B%^^#EX SEPERTIMU!!!” Sambil berlari untuk meyerang lagi,

“........” Melompat lagi ke belakang,

“JANGAN MENGHINDARI PUKULAN ORANG YANG SEDANG MARAH!!!” Mengetahui pukulanya dapat dihindari dengan mudah kembali,

“Cobalah dengan pukulan yang lebih baik!” Kali ini sambil menghindari pukulan Darwin yang mengarah ke mukanya, secara beruntun. “Sebenarnya Aku tidak menghindar, Aku hanya bergerak sesuai naluriku saja!” Darwin masih memukul dengan membabi buta, tanpa teknik dan tanpa mengenai Satria juga. “Kau tahu yang dilakukan olehmu sekarang itu percuma kan?” Darwin tidak peduli dan tetap melayangkan pukulanya, “CUKUP!!” Satria meraih belakang kepala Darwin, dan menenggelamkanya di aspal.

“DASAR Kau B@J16&@n!!!” Sambil sedikit merengek dan sebelah mukanya menempel di aspal, sementara tangan Satria masih menahanya di kepala untuk mencegahnya bergerak. “Kau adalah orang yang paling kubenci! Memakai ketenaranmu, untuk mendapatkan dan menipu wanita!”

“Aku tak mengerti apa yang Kau maksud!”

“DIAM KAU! SETELAH MEMACARI LAVENDER, KAU JUGA DEKAT DENGAN GADIS LAIN! PAKE BILANG SAYANG SEGALA LAGI!”

“Aku tidak pacaran dengan Lavender! Tunggu! Kau menguping pembicaraanku!”

“KAU BILANG TIDAK? TAPI CEPAT ATAU LAMBAT ITU AKAN TERJADI! KALIAN SANGAT DEKAT, BAHKAN MALAM INI PUNYA RENCANA BERDUAAN! KAU BAHKAN MEMBATALKAN JANJI, DENGAN ORANG YANG KAU PANGGIL SAYANG DITELPON!”

“Itu adalah pacarku, Aku memang membatalkan janji denganya. Tapi sebagai gantinya Aku akan memberinya kejutan, dan Lavender hanya membantuku menyiapkan kejutanya!”

“AKU TAK MAU MENDENGAR ALASAN..............ah! Apa Kau mengatakan yang sebenarnya?”

”Tentu saja!”

“Baiklah! Sekarang bisa Kau lepaskan tanganmu dari kepalaku?”

Beberapa saat setelah situasi mulai kondusif, dan Darwin sudah tidak berbaring di aspal.

“Jadi Kau menyukai Lavender?”

“Ya, karena sudah ketahuan. Aku tak bisa mengelak lagi!”

“Perlu Kau tahu, hubunganku dan Lavender hanya sebatas pekerjaan saja! Tidak kurang dan tidak lebih.”

“Tapi kalian pernah berduaan di kamarnya kan?”

“Kapan?”

“Saat itu Kau bilang sesuatu semacam, ‘beristirahat di ruangan kami!’ Kata-katanya memang tidak percis tapi maksudnya seperti itu!”

“Ah! Yang itu! Saat Aku mengatakan ‘Kami’, Aku berada di ruanganku dan Dia berada di ruanganya! Kami tidak berada di ruangan yang sama. Memang pada saat itu Aku salah dalam menggunakan kata, jadi Kau salah memahaminya. Tapi jujur, Aku mengatakan yang sebenarnya!”

 “Ya sudah kalau begitu, Aku minta maaf karena sudah menguping permbicaraanmu di telepon!”

Lalu sebuah mobil datang tak jauh dari tempat mereka berdiri, dari mobil itu keluar seorang wanita yang membawa mic dan seorang lagi membawa kamera besar di bahunya.

“Media sudah datang!” Satria,

“Berarti ini saatnya Aku untuk sembunyi!” Sambil mulai mencari tempat berteduh yang baru,

“Darwin! Semoga beruntung dengan hubunganmu!”

“Kau juga! Berusahalah untuk tetap terlihat keren di depan kamera!”

“Haha!” Satria, tertawa kecil.

Dan Darwin membalikan badan untuk berjalan menyembunyikan diri dari media, dengan senyuman lebar dan hati berbunga-bunga, yang tidak bisa lagi disembuyikan dari wajahnya.

Esoknya, setelah mereka tiba di mess dan beristirahat.

“Darwin?” Lavender. Kata pertama yang tepat, untuk pertemuan secara tidak sengaja di kantin.

“Iya?” Darwin berbalik, dengan banyak snack dan cemilan yang dikarungi dengan sarung yang dipakainya.

“Sedang apa?”

“Tadi abis sholat di masjid, .............terus lapar ............dan kesini dulu mengambil cemilan!” Dengan sedikit terbata-bata, karena dirinya tidak mempunyai ekspektasi untuk bertemu dengan Lavender saat ini, setelah semalaman tidak bisa tidur karena memikirkanya.

“Apa itu akan habis?”

“Ini, ...Sekalian untuk besok! ..........Besoknya lagi! ........Dan besoknya lagi, hehe!”

“Fufufu! Apa gak sebaiknya makan nasi saja, biar cepat kenyang!”

“Itu dia masalahnya, di jam-jam sekarang mereka belum menyediakan nasi!...... Ah! Tapi nampaknya Darwin membawa beberapa bungkus bubur instan! Ada rasa ayam, abooon, ..........dan juga sapi. Jadi, tenang saja! Apa Lavender mau sekalian dibikinin juga?”

“Enggak, makasih. Lavender kesini cuma mau ngeteh aja!”

“Darwin juga udah bikin teh, apa........ kita bisa...... duduk sebentar?”

Lavender mengiyakan dengan mengangguk, dan usahanya-pun dimulai.

“Sebagai lelaki dewasa, kita hanya diberi 2 pilihan!” Darwin, memulai percakapan di tempat mereka berpindah untuk ngobrol.

Lihat selengkapnya