Waktu: Jakarta, 5 Februari 2025, pukul 13.17 WIB
Chef Rasyid Almarwa berdiri di tengah dapur studionya yang luas, terang, dan mengilap seperti showroom. Kamera, ring light, dan monitor menggantung di setiap sudut ruangan. Segalanya tampak sempurna—kecuali wajahnya yang pucat.
Dua hari telah berlalu sejak kematian karyawannya. Namun bayangan tubuh yang dingin dan aroma kapulaga itu masih melekat di pikirannya.
"Kita mulai dalam hitungan tiga... dua... satu..."
Tangan Rasyid mengangkat pisau dengan gaya teatrikal khasnya. Tapi kali ini, gerakannya tidak seanggun biasanya. Pisau itu sedikit gemetar.
"Hari ini kita akan memasak rendang fusion—menggunakan rempah klasik dengan pendekatan modern," ucapnya dengan senyum datar.
Di balik kamera, produser memberi isyarat. Tapi Rasyid kehilangan fokus. Ia membayangkan sesuatu—dapur lain. Lebih gelap, lebih tua. Dan seseorang di dalamnya... memandangnya dari balik asap.
Tiba-tiba, aroma kapulaga kembali menyeruak.
Rasyid menghentikan langkahnya. Ia mencium udara, panik.
"Cut, cut! Bau ini... siapa yang menaruh kapulaga di dapur saya?!" teriaknya, nyaris histeris.
Seorang kru berkata pelan, "Chef, tidak ada yang pakai kapulaga hari ini."