Waktu: Neo-Jakarta, Tahun 2125, pukul 01.08 WIB
Langit malam di atas Neo-Jakarta tak lagi gelap. Warnanya berganti merah ungu seperti kaca patri raksasa yang retak, memantulkan cahaya dari panel surya dan drone patroli yang berseliweran.
Letnan Ayara 2.0 terbangun di ruang isolasi Divisi NeuroRasa. Ruangan itu berlapis logam antibunyi, dengan dinding yang memantulkan hanya sedikit suara jantungnya sendiri.
Ia mendongak. Sekilas, bayangan dapur batu itu masih menempel di pelipisnya. Suara kobaran api, wajah dua orang asing yang—anehnya—tidak terasa asing.
"Subyektifitas ini... belum pernah saya alami," gumamnya.
Dari sudut ruangan, suara mekanis terdengar. Seorang sosok masuk. Komandan Rinn, atasan langsung Ayara, dengan tubuh yang nyaris seluruhnya prostetik, berdiri kaku di depan pintu.
"Kau hilang dari radar selama 3 menit dan 47 detik. Dan selama itu, denyut rasa-mu meningkat 400 persen. Jelaskan."
Ayara mengatur napas. "Saya... mencium sesuatu. Biji kecil. Kapulaga."
Komandan Rinn menatapnya sejenak. "Itu mustahil. Teknologi kita tidak mengaktifkan jaringan penciumanmu. Kau tidak bisa mencium apa pun."