KAPULAGA

glowedy
Chapter #10

MASAKAN TERAKHIR DI DAPUR TERTUA

Waktu: Blambangan, 17 Agustus 1930, pukul 09.02 WIB

Langit pagi berwarna kelabu, seolah bumi pun ikut menahan napas. Dapur tua itu kini sunyi, tapi bukan sunyi biasa—melainkan sunyi yang sarat pilihan. Di atas meja kayu, satu panci tanah liat telah dipanaskan. Di sampingnya, bahan-bahan telah disusun secara presisi: kunyit, lengkuas, daun jeruk, santan encer... dan satu butir kapulaga keemasan yang diletakkan di atas kain putih.

Kartika berdiri di depan tungku, menatap api yang berkedip pelan. Di belakangnya, Nares dan Ayara duduk berhadapan. Tak ada yang bicara selama beberapa menit. Hening, karena setiap kata mungkin bisa menjadi keputusan.

"Kita hanya punya satu kesempatan," kata Kartika akhirnya. "Kapulaga jiwa ini tidak bisa dibelah, tidak bisa dikloning, dan tidak bisa disimpan. Ia harus dimasak... oleh satu tangan, dan satu tangan saja."

Nares menarik napas dalam. "Dan siapa yang memasaknya... akan tertinggal di sini."

Ayara menggenggam tangannya. "Dan yang lainnya harus membawa rasanya ke masa depan."

Kartika mengangguk. "Masakan ini bukan untuk dinikmati. Ini untuk disajikan ke tanah. Untuk ditanam kembali. Rasa harus dikembalikan ke bumi, agar dunia yang membunuhnya bisa mencium lagi."

Suasana semakin sunyi. Api menjadi satu-satunya suara.

"Biar aku saja," kata Nares pelan.

Kartika menoleh tajam. Ayara pun segera menyela. "Tidak. Jangan kamu. Kau yang paling tahu cara menulis rasa. Dunia masa depan butuh kamu."

Lihat selengkapnya