Kara: Dunia yang Berbeda

Saepul Kamilah
Chapter #12

Aliran Tentara dan Situasi di Selatan

“Lapooor ….”

Minggu pertama bulan kedua Musim Semi, laporan demi laporan pengintai dan telik sandi dari depan juga belakang Gerbang Tenggara Tarkaha secara berkala mulai mengubah posisi-posisi miniatur mesin dengan tentara-tentara perangku, sekutu, beserta milik lawan-lawan kami di atas permukaan meja strategi, Aula Istana Bate Taria.

Satu per satu, serta selama berminggu-minggu, laporan-laporan tadi terus mengalirkan miniatur-miniatur tersebut hingga membentuk sebuah garis lurus pada pertengahan bulan ketiga Musim Semi 347 Mirandi.

Ia memanjang dari ujung Koukos di tenggara sampai ujung Parpara di barat laut ….

“Sesuai rencana,” gumamku ketika melihat penampakan permukaan meja di tengah-tengah ruang rapat, Aula Istana Bate Taria. “David, berapa jumlah tentara di sayap kanan dan kiri kita sekarang?”

David, yoram batalion keenam di bawah komando legiun keduaku, membuka catatan.

“Tiga sampai empat belas ribu di tiap sisi, Bura. Masih sama seperti pengaturan bulan lalu, empat legiun kecil menjaga kiri dan kanan kita di bawah komando Yoram Kepala Paul dan Yoram Kepala Daniel.”

“Hem.” Kutempelkan punggung telunjuk kanan ke permukaan bibir sejenak terus tanya, “Apa belum ada pesan dari Bura Julius atau Bura Manik minggu ini?”

“Belum, Bura.”

“Jodi dan pasukan pengintainya bagaimana?”

“Yoram Kepala Jodi masih menyelidiki wilayah selatan.”

“Belum ada kabar?”

“Belum ada, Bura.”

“Baiklah ….” Kuangguk-anggukkan kepalaku, sedikit mulai paham situasi kami. “Roban.”

“Ya, Bura?”

“Pergi ke Menara Pengawas Kanan Gerbang Utara dan bilang pada Happer, ‘Aku butuh satu kompi kecil pemanah berkuda, kirim mereka ke gerbang barat nanti sore ….’”

*** 

Malam sebelumnya.

Bet—Pong! Ketika aku melakukan rutinitas, menembakkan panah ke Kemah Pasukan Kekaisaran Lama di seberang tembok Taria dari atas Menara Pengawas Kiri Gerbang Utara.

“Bura, berita darurat! Koukos telah jatuh, delapan puluh ribu prajurit Mantel Putih mundur ke Raku dan mulai membuat pagar pertahanan di perbatasan ….”

Selain kemajuan untuk rencana yang kuatur sejak tiga tahun lalu, kabar kekalahan Bura Parami di tenggara juga sampai ke telingaku.

“Apa kau bilang?” Berita yang sontak membuatku sempat kalap, menghentikan kegiatan malam seketika, lekas berbalik murka. “Kapan mereka mundur?”

“Kemarin lusa, Bura.”

“Kemarin lusa.” Aku mendelik. “Kenapa laporannya baru sampai sekarang, hah?”

Lihat selengkapnya