Kara: Dunia yang Berbeda

Saepul Kamilah
Chapter #13

Bersih-Bersih

“Terus tembaaak!”

Malam hari, masih di tanggal 20 Bulan Tiga 347 Mirandi. 

Aku bersama dua asistenku dan lima puluh empat sisa personel kavaleri panah yang disiapkan Happer lagi menghujani Pasukan Matilda Barat yang ketahuan berkemah di wilayah Seren, area selatan sampai barat daya dari perbatasan Taria.

Ya. Sesuai dugaan. Mereka berhasil menyelinap ke belakang kami ….

“Bura, tanda obor pandu kita bilang musuh telah ….”

Biar kujelaskan apa yang sebenarnya terjadi dan sedang kami lakukan sekarang.

Setelah dengar Koukos runtuh dan sisa Mantel Putih mundur ke Raku, aku curiga bila pasukan kekaisaran lama sebetulnya juga telah mengirim pasukan ke perbatasan atau bahkan mungkin sudah berhasil masuk hingga jauh ke dalam wilayah Seren. 

Dalam hal ini, diriku sependapat dengan Jodi.

Hanya, jika sang Yoram Kepala Legiun Ketiga masih yakin apabila pasukan musuh baru sampai perbatasan lantas mengambil langkah preventif dengan menebar jaring serta memperkuat pertahanan di sana, maka diriku cenderung pesimis dan memilih buat menyisir wilayah selatan hingga barat daya kami sekalian.

Itulah alasan kenapa Edberd sama setengah kompi kavaleri panahnya kusuruh lari sampai perbatasan Vom malam ini dan melepaskan panah-panah penanda, buat memanduku menemukan lokasi musuh.

“Tupa Johnson, Tupa Pamela. Tolong kumpulkan panah-panah kita, sekalian periksa mayat-mayat mereka dan pastikan jangan ada satu pun yang masih bergerak.”

“Baik, Bura.”

Aku gak mau ambil risiko. 

Satu orang penyintas saja sudah kebilang banyak untuk menyebut operasi pembersihanku sekarang gagal. Mereka bisa menyebar berita dan membuat musuh-musuh kami waspada jika kejadian malam ini sampai tersebar, bukan?

“Bura. Sebagian api unggun di sini sudah lama padam, bagaimana Anda tahu posisi mereka?”

Aku menoleh ditanya oleh Stella.

“Cuma firasat—”

“Mana ada!” sanggahnya kencang, kudanya sampai lompat satu setengah langkah. “Mustahil, Anda pasti melakukan sesuatu, ‘kan—adaw!”

“Jaga nada bicaramu,” ujar Ranra, setelah ia mengeplak kepala Stella dari belakang tanpa aba-aba. “Beliau itu bura kita, tahu.”

“A-aku, aku kan cuma penasaran ….”

Huh. Ujung bibir kananku naik.

“Kalaupun kuberitahu kau juga gak akan percaya, Stella.”

“Ya ….” Gadis itu mengerling sambil menggoyang-goyangkan kepala. “Setidaknya beri tahu saja cara Anda melakukannya, Bura. Aku yakin si Ranra juga penasaran—”

“Tidak!”

“Eh?!” Gadis itu menoleh ke sahabatnya. “Kenapa, jangan bilang cuma aku yang penasaran di sini, Ranra?”

“Aku masih bisa berpikir, tidak sepertimu.”

Jawaban yang sontak membuatku memegang perut dan terbahak dalam diam, hahaha.

“Hei, apa maksudmu aku tidak bisa berpikir, hah?”

“Ya, kita bukan baru mengikuti Bura Ure malam ini …, sejak duel di gerbang utara sampai kemarin malam, kita sudah melihat beliau melepas panah ke kemah musuh berkali-kali.”

Lihat selengkapnya