“Buraaa, gawaaat!”
Dengar Daniel teriak-teriak sambil tergopoh menerobos ruang rapat, Aula Istana Bate Taria, ketika aku dengan para yoram tengah membahas agenda rutin mingguan bersama ahli-ahli strategi milik Divisi Ketiga Panji Gorgon, spontan tanganku merapikan berkas yang lagi kupegang lalu menaruh mereka di atas meja.
Spontan pula kakiku melangkah mengikuti gerakan kepala orang-orang yang serentak menoleh pintu aula.
“Buraaa ….”
Daniel, Yoram Kepala Legiun Keempat atau kapten utama unit support di divisi ini, saat itu kelihatan amat tegang. Wajahnya pucat pasi serta dibanjiri keringat, lutut gemetaran dan badan agak bungkuk, lalu napas tersengal nan memburu bersama suara yang juga terdengar kepayahan.
Kondisi paling ‘parah’ buat seorang yoram kepala—menurutku.
Kurasa dirinya juga terpontang-panting sepanjang jalan sampai kemari.
“Kenapa Anda kelihatan panik sekali, Yoram Kepala?” tanya Gabriella, Yoram Ketiga Legiun Dua, bawahan Happer. Yang kala itu mengasongkan segelas air. “Apa terjadi sesu—”
“Hujan berhentiii!” sahut Daniel, ia sempat terbelalak sebelum sigap menyambar gelas di tangan Gabriella dan meneguk isinya sampai habis kemudian mengembalikannya begitu selesai minum. “Te-terima kasih—Buraaa, ada surat untuk Anda ….”
Dua tahun ….
Dua tahun sudah sejak Gerbang Tenggara Tarkaha kututup rapat gegara lanina akibat hujan ‘abadi’ yang menenggelamkan separuh Kolom Dua-Tiga.
Dua tahun pula lima puluh ribu personel divisi keempat panji gorgonku mengurung diri di balik tinggi juga tebalnya tembok-tembok Taria.
Hingga hari ini, tanggal 6 Bulan Dua tahun 349 Mirandi, ketika hujan akhirnya berhenti.
Dan, bersamaan dengan itu, datang juga kabar yang membuatku lebih terbelalak daripada Daniel pas dia mengambil gelas tanda belas kasih waktu menyambut uluran tangan Gabriella.
“Orang yang mengantar surat ini, apa mereka masih di sini?”
Isi surat di tanganku sangat singkat. Hanya tiga paragraf dan cuma bernada ucapan selamat dengan sedikit tambahan kata-kata wasiat.
Akan tetapi, bobotnya sepadan dengan setengah kekuatan militer milik Panji Beruang atau tiga perempat panji gorgonku.
Menakutkan.
“Masih, Bura. Mereka semua kuminta agar menunggu Anda di Gerbang Selatan.”
Bagus. Aku masih sempat buat minta penjelasan.
“Paul, kau lanjutkan rapat dengan yang lain. Daniel, ayo pergi temui mereka ….”
***
“Bura.”