“Bagaimana penampilanku, cantik, ‘kan?”
Aku menoleh, lantas tersenyum mengagumi penampilan baru Oukubo. Kerudung dipadu cadar ungu nan membalut separuh wajah serasi dengan gaun yang ia kenakan. Anehnya, pilihan busana Kubo pada malam itu malah menambah daya sensualnya di mataku—padahal penampilan sang elf kebilang tertutup.
“Entah cuma perasaanku atau daya pikatmu memang makin kuat?” tanyaku, mengakui telah jatuh pada pesona Oukubo sejak pandangan pertama malam tersebut. “Aku gak rela kau pakai baju ini di luar ….”
Tanggal 11 Bulan Satu, 353 Mirandi.
Awal musim semi nan meriah, harus kuakui. Sejak garda depan Aliansi pergi menyerang Bravaria, kepalaku sering sekali dilanda pening. Laporan demi laporan mengalir sepanjang pekan dan mendarat tepat di meja ruang tamu dari pagi hingga sore, benar-benar menguras perhatian.
Aku dengan Oukubo jadi jarang dapat kesempatan berdua ….
“Kenapa gak rela?” tanya sang elf, merobek amplop lalu duduk sebelahku. “Pakaianku sopan dan tertutup, masa ya kau cemburu—lihat! Ini dari Angkatan Laut Gorgon, Tuan.”
Kulirik kertas di tangannya sekilas, memastikan segel yang lagi ia tunjukkan.
“Itu yang kedua minggu ini,” kataku, merangkul bahu dan memeluk Oukubo. “Kurasa ….”
“Kurasa apa?” Kubo mencolek pipiku. “Katanya imigran Singkawa tertangkap di Kaliyara. Aku setuju. Kau memang harus pergi ….”
Imigran Singkawa.
Bukan cuma bernyali, mereka terbukti cerdik kalau betulan tertangkap di Kaliyara. Sebab itu artinya orang-orang ini berhasil menembus Pluma yang menurut Halbert mustahil disusupi.
Cek! Kepalaku kini berdenyut ….
“Hem.” Kupejamkan mataku di leher Oukubo. “Ada Pluma di antara Kara dan Singkawa. Jika naik perahu sampai ke Kaliyara, bagaimana cara mereka melewati pemeriksaan di sana?”
“Bukanya sebagian Moran masuk wilayah Corvia?” timpal elf yang lagi kupeluk, “bisa saja mereka—”
“Mustahil.”
“Kenapa?”
“Divisi Pelopor Angkatan Laut Kara ada di Distrik Selatan Cassava, Kubo. Tanpa perjanjian tertulis dan segel pu milikku, mana mungkin mereka membiarkan perahu asing masuk dari arah Corvia.”
“Lah, terus bagaimana cara imigran-imigran ini bisa muncul di Kaliyara?”
‘Itu pertanyaanku juga,’ batinku sembari melekatkan tubuh kami, “mana kutahu ….”
***
“Tuan. Nyonya.”
“Urusan kali ini mungkin akan lama, jadi tolong minta Stella buat mengurus rumahku setelah mengantar kami ke Distrik Barat—satu lagi! Jika Nona Nima tanya, bilang aku mengurus izin pabrik di distrik lain ….”
Besoknya, tanggal 12 Bulan Satu, aku dengan Oukubo naik kereta ke Distrik Barat Sabila. Hendak melihat lokasi dan mengurus perizinan pabrik baru.
Namun, itu hanya alasan luar.