Tante Raya memperhatikan gerak gerik Hanin yang berbeda. Tidak semangat. Kedua matanya sembab dan berkali-kali menghela napas berat. "Han, kamu sakit?" tanya Tante Raya. Hanin tidak bergeming. "Han ...". Hanin masih tidak bergeming. "HANIN!" seru Tante Raya sambil menepuk bahu kanan Hanin.
"Eh, iya, Tan, kenapa?!" ujar Hanin terkejut.
"Kamu dari tadi bengong? Tante panggil-panggil nggak jawab? Kamu kenapa, Han? Mata kamu juga bengkak begitu. Kamu habis nangis? Apa yang bikin kamu nangis? S-I-A-P-A?!" seru Tante Raya berspekulasi panjang lebar kepada Hanin yang bingung menanggapinya. Wajah Tante Raya begitu panik, ada sedikit emosi disana. Kalau sampai Tante Raya tahu yang sebenarnya. Kalau sampai Tante Raya tahu alasan dibalik matanya yang bengkak dan pikirannya yang kacau. Tante Raya akan langsung menelepon Kak Rai untuk minta putus. Tante Raya pasti akan memilih dia. Tante Raya akan memilih mematahkan hatinya sendiri demi kebahagiaan Hanin. Hanin paling tahu itu.
"E ... enggak kok, Tan. Ini semalam habis baca novel sedih banget, jadi kebawa suasana aja,"jawab Hanin sambil menyunggingkan senyum yang tampak canggung.
Tante Raya menyipitkan mata. Tentu perempuan berusia 30 tahun itu tidak akan mudah percaya. Hanin memasang raut wajah tegang. Bahkan tanpa sadar ia menahan napas menunggu reaksi akhir tantenya.
"Hanin ... Hanin ... bikin Tante khawatir aja!" ujar Raya sambil mengiris sandwich dipiringnya.
Hanin menghela napas mendengarnya. Lega. Bak ikan paus yang sejak tadi menahan napas didalam air. Sekarang Hanin baru bisa muncul ke permukaan. Mbok Darmi memperhatikan Hanin dari dapur dengan raut wajah heran.
"Dengar ya, kalau sampai ada cowok yang bikin kamu nangis sesunggukan kayak begini. Tante sunatin lagi tuh orang!" Seru Raya membuat si Mbok tertawa dari balik pantry. Hanin tersenyum canggung.
"Tante sayang banget sama kamu, Han. Lebih dari apapun. Tante akan lakukan apapun demi kebahagiaan kamu. Apapun!" Seru Raya sambil mengusap pipi kanan Hanin lembut. Hanin memandangi Raya dalam. "Hanin tahu kok, Tan. Tapi biarkan kali ini Hanin yang akan lakukan apapun demi kebahagian tante. Meski itu berarti harus mematahkan hati Hanin sendiri,"gumam Hanin dalam hati.
Hanin memegang tangan Tantenya. Erat. Haru menyelimuti hatinya.
"I love you so much you know,"ucap Tante Raya.
"I love you more,"balas Hanin.
"Kasian yang jadi pacarnya Mbak Hanin,"celetuk Mbok Darmi sambil terkekeh saat mengantarkan secangkir teh chamomile Raya ke meja makan.
"Kasian kenapa? justru beruntung dapat Hanin yang manis dan baik hati ini,"ujar Tante Raya. Hanin nyengir lalu menggigit sandwich diatas piringnya.
"Kasian toh Mbak Raya, wong si mbak kayak'e bakal galak sama Pacarnya Mbak Hanin nanti," ledek Mbok Darmi membuat cengiran Hanin melebar. "Ih si Mbok!" seru Raya tertawa.
"Han, kamu jangan dengerin si Mbok ya, pokoknya kalo kamu punya pacar kamu harus kasih tahu Tante. Pokoknya tante harus tahu paling pertama!" ujar Tante Raya dengan sorot mata serius meski bibirnya tersenyum.
Hanin mengangguk sambil tersenyum. "Iya, Tante periku. Hanin akan kenalin Tante sama pacar Hanin,"jawab Hanin santai seakan ini bukan masalah besar.
"Btw, kamu sebenarnya udah punya pacar belum sih?" tanya Raya dengan alis membentuk gelombang.
Hanin menimbang akan jawaban yang akan diucapnya. "Hmm ... nanti ya Tan, kalo udah jelas,"ujar Hanin lalu berdiri sambil memakai tas sekolahnya. Ia mengamit tangan Raya lalu salim.
"Wait! Kalau udah jelas???? Berarti kamu lagi pedekate ya? Hey, HANINNNNN LOVINAAAAAA! Jangan main rahasia-rahasiaan sama tante ya!" teriak Raya padahal punggung Hanin saja sudah tak terlihat lagi.
Raya lantas meraih handphonenya, mengetik sesuatu di kolom chat dengan nama 'My R'.
<Raya> Yang, kamu tahu nggak kalo Hanin punya pacar?
<Rai> Hah?! Hanin punya pacar?
<Raya> Nggak tahu sih, tapi tadi dia bilang 'kalo udah jelas' kan aneh ya?
<Rai> Hahahahaha
<Raya> Kok ketawa sih Yang?
<Rai> Baguslah kalo begitu, aku senang dan lega.
<Raya> Maksudnya???????
<Rai> Maksudnya, aku mau lanjut tidur lagi, Yang. Ngantuk!
<Raya> Ihh, kamu kok gitu sih!
<Rai> Aku telepon 2 jam lagi. Love you ;)
Raya menghela napas melihat balasan pesan terakhir Kak Rai. Pikirannya jadi penasaran dengan jawaban menggantung Hanin tadi. Benarkah Hanin sudah punya pacar?
***
"HANINNNNNNNNNNNNNN,"teriak Kaori langsung memeluk Hanin di lobi sekolah. "Gimana? Lo udah bilang sama Tante Raya?" Tanya Kaori lagi dengan raut wajah cemas. Hanin hanya menarik bibirnya sedikit agar membentuk senyum. Kaori menghela napas. Hanin mana mungkin akan mengungkap perasaan yang sebenarnya. Hanin begitu menyayangi Tantenya yang sudah dianggap bak ibu kandungnya sendiri. Kaori paling tahu itu. Karena itu Kaori memutuskan untuk memberi pelukan penyelamat sekali lagi.
"Lo yang sabar ya, Han. Gue juga bingung kalo di posisi lo,"ujar Kaori sambil mengusap punggung Hanin.
"Thanks ya, Ri,"balas Hanin memeluk balik Kaori lalu mereka berjalan menuju tangga lantaran antrian lift membludak di jam prime time sekolah mereka.
Sejak tadi Arsha mengawasi Hanin dan Kaori dari kejauhan. Raut wajah sedih nan kuyu yang diperlihatkan Hanin membuatnya enggan mendekati mereka berdua. "Kayaknya bukan waktu yang tepat untuk balikin pulpen berkepala Sailormoon ini," gumam Arsha lalu menaruh pulpen itu kembali di saku kemejanya. Meski sejujurnya ia sangat ingin menyapa Hanin. Ada sesuatu pada gadis misterius itu. Sesuatu yang membuat Arsha tertarik bak kutub selatan bertemu utara.
***
Hanin membereskan buku catatannya di kelas terakhir hari ini sebelum lanjut ke kelas bimbingan. TUNG!
Sebuah pesan masuk di whatsapp-nya dari Kak Rai. Jantung Hanin berdebar cepat. Bukan lagi karena cinta yang ditutupinya, melainkan takut ketahuan. Apa yang harus dilakukannya agar Tante Raya dan Kak Rai tetap tidak tahu menahu dengan perasaannya?
<Rai> Han, gimana judul barunya?
"Thanks god, Kak Rai cuma tanya soal judul baru," ucapnya dalam hati lalu berdiri, keluar dari kelas menuju kelas bimbingan. Hanin mengetik sambil berjalan.
<Hanin> Belum ada, Kak.
<Rai> Oke. Nggak usah buru-buru juga. Feeling kakak sebentar lagi kamu menemukan ide yang brillian. Just keep searching ;)
Hanin menghela napas. Dadanya masih sesak begini. Bagaimana bisa memikirkan kisah cinta yang mengharu biru untuk orang lain. Sementara kisah cintanya sendiri hancur lebur begini.
<Rai> Kata Raya kamu sudah punya pacar?
"Raya?" Gumam Hanin. Benar juga! Selama ini mereka telah memberikan banyak kode. Dia saja yang kurang peka. Harusnya dengan kebiasaan Kak Rai memanggil tantenya hanya dengan nama sudah membuatnya bisa menyadari semuanya. Tapi tunggu, ini kenapa jadi P-A-C-A-R!? Hanin mengingat-ingat pembicaraannya dengan Tante Raya tadi pagi.
"Tuhannnnnnnn! Kenapa bisa-bisanya gue ngomong asal sih!" Kesalnya sendiri sambil menepuk jidat.
<Rai> Syukurlah kalo kamu udah punya pacar. Kak Rai lega.