Karakter Baru

Pink Unicorn
Chapter #3

RAHASIA KAK RAI

CR-V Rai terparkir di halaman rumah Hanin. Mereka turun. Terutama Raya yang tergesa lantaran ingin buang air kecil. Hanin mengikutinya dari belakang.

"Han,"panggil Rai.

Hanin menoleh. Langkahnya untuk masuk rumah terhenti. Dihadapannya sekarang ada sebuah buku catatan kecil yang sangat dikenalnya. Buku yang dikiranya telah hilang entah dimana. Kedua mata Hanin membuka, jantungnya berdegup cepat melihat buku itu ternyata selama ini ada di tangan Rai. Buku yang berisi curahan perasaannya untuk Rai. Muse dalam setiap tulisannya, Rai Ramanda. Dengan gemetar Hanin menerimanya.

"Buku ini jatuh di kantor,"ujar Rai. Hanin tak sanggup mengangkat kepalanya untuk menatap Rai. Betapa malunya dia sekarang. Hanin merasa menjadi lelucon selama ini.

"Kakak minta maaf sebelumnya, sudah lancang baca buku ini." Jantung Hanin makin berdegup kencang. Rasanya ia ingin lari dari sini sekarang juga. Kak Rai sudah mengetahui perasaannya sejak dulu.

"Kakak harap Raya nggak perlu tahu isi buku ini. Cukup kita aja yang tahu. Jujur, isi buku ini bikin kakak pusing untuk mengambil sikap. Tapi, syukurlah, Kak Rai dengar kamu sudah punya pacar. Kak Rai ikut senang dan lega ..."

Hanin baru bisa mengangkat kepalanya. Sekarang ia memahami maksud chat Rai waktu itu. Betapa memalukannya. Rai menyentuh kedua bahu Hanin.

"Kak Rai sayang sama kamu. Sayang sebagaimana Raya menyayangi kamu. Maafin Kak Rai yang mungkin terdengar seperti orang yang patahin hati kamu. Tapi suatu hari nanti, Kak Rai yakin, kamu akan menemukan muse tulisan kamu yang baru, muse milik kamu sendiri. Sama halnya seperti Kak Rai yang menemukan Raya," ucap Rai sambil tersenyum lalu mengelus kepala Hanin lembut.

"Kak Rai masuk duluan,"ujar Rai berjalan masuk ke dalam rumah.

Muse baru. Karakter baru. Otak Hanin mencoba menghubungkan semua hal dengan cepat. Sekejam itukah Rai padanya. Dengan dalih novel baru, Rai berusaha memanipulasi hatinya. Sehingga ia tidak akan lagi menaruh harapan. Skenario Rai begitu luar biasa hingga Hanin bahkan tidak menyadarinya.

"Kak,"Panggil Hanin.

"Ya?"

"Apa ini alasan kak Rai nyuruh Hanin cari karakter baru. Cerita baru?!" Tanya Hanin sedikit emosional.

Rai tersenyum. Tentu Hanin akan marah. Rai sudah siap menghadapinya. "Bukanlah. Saran Kak Rai yang menyuruh kamu mencari karakter baru itu adalah saran profesional kakak sebagai editor kamu,"Ucap Rai sambil senyum.

Ekspresi emosional Hanin berubah cepat. Salah paham. Hanin bingung mengapa rasa marahnya pada Rai berlalu begitu saja.

"Tapi tadi Kak Rai rasa kamu sudah menemukan muse kamu yang baru," ucap Rai.

Hanin menatap bingung Rai.

" ...?"

Rai tak menjawab dan hanya tersenyum lalu masuk ke dalam rumah.

***

"WHATTTTTT!??????" Pekik Kaori melalui sambungan video call yang membuat Hanin terkejut mendengar suara melengking Kaori. Hanin agak menyesal curhat pada Kaori. Tapi Hanin tidak tahu lagi harus curhat sama siapa. Jadilah ia menerima konsekuensi kehebohan sahabatnya ini. Hanin memberi kode ke Kaori untuk diam.

"Lu mau satu rumah gue dengar suara lu?!" Omel Hanin. Kaori yang sedang memakai masker essence hanya cengar-cengir malu.

"Ya sorry, Han. Gue nggak sangka aja, ceritanya jadi plot twist begini. Gila kan!? Ternyata Kak Rai selama ini udah tahu kalo lu suka sama dia!!! Itu buku kan hilangnya lumayan lama juga. Berarti lu emang nggak dikasih kesempatan sama Kak Rai, Han!"

Kedua mata Hanin menyipit sebal. "Terima kasih loh, Kaori Tsuna. Anda sudah memperjelas posisi dan nasib cinta pertama saya!" ujar Hanin sebal.

Kaori cekikikan, sampai maskernya yang baru dipasang copot sekali lagi. "Tapi lucu juga ya, Han. Hal menyedihkan kayak begini bisa jadi bahan ketawaan,"ujar Kaori masih tertawa.

"Lu doang, Ri yang ketawa,"ujar Hanin sambil merubah posisinya menjadi duduk bersandar dikepala tempat tidur sambil memangku bantal. Ekspresi Hanin masih sebal. Kaori terpingkal mendengar tanggapan bete Hanin.

"Sori ya Han, bukannya gue senang liat cinta pertama lo kandas begini. Tapi gue yakin banget, kalo lo mah bakal cepat bangkitnya. Seorang Hanin Lovina nggak ada sejarahnya terpuruk karena cinta ditolak, ya walaupun selama ini lo jomblo," ujar Kaori sambil tertawa diakhir dialognya.

"Akhirannya nggak enak ya," sebal Hanin yang membuat cengiran di wajah Kaori.

"Gue yakin lo abis ini juga udah move on. Belasan tahun gue kenal lo, visi misi hidup lo jelas. Karena itukan lu malas pacaran dulu. Atau jangan-jangan karena elo emang bucin aja yak sama Kak Rai, baru kepikiran nih gue," ujar Kaori membuat Hanin memekikan nama gadis itu. Kaori hanya tertawa terpingkal.

TUNG!

Hanin melihat notifikasi whatsapp-nya yang memberitahukan bahwa ia baru saja ditambahkan ke dalam grup kelas bimbingan oleh Miss Shanin. Semua teman satu kelasnya memberi komentar singkat, seperti hai, hello. Hanya dirinya dan Arsha Bayanaka yang belum berkomentar.

TUNG!

Tiba-tiba ada notifikasi lain terpampang dengan nomor yang belum dikenalnya.

<Arsha> Hai Han :). ini Arsha. Udah tidur?

TUNG!

<Arsha> By the way, aku udah tahu arti nama kamu. It's so damn beautiful. Persis seperti kamu :)

Kening Hanin mengerut. Ekspresi terkejutnya membuat Kaori ketakutan. "Hanin ... Han???! Lu liat penampakan ya??!! Haninnnn jangan buat gue takut kenapa sihhhhhh!!!!!" Heboh Kaori ketakutan sendiri.

Lihat selengkapnya