"Halo." Terdengar sapaan seorang cewek dari seberang sana. Akhirnya aku mendengar suara pemilik akun Black Swan setelah menjawab permintaannya di mention tadi.
Karamel pun meminta untuk mendengarkan sambungan telepon dengan menggunakan microphone. Dia ingin sekali mengetahui siapa itu Black Swan. Tapi tentunya aku memintanya untuk tidak mengusik kami karena ini bersifat privasi.
"Iya. Jadi eng... sorry gue manggil lo siapa, nih?"
"Gladys. Panggil gue Gladys aja."
"Oke, Gladys. Ada cerita apa, nih? Kayaknya serius banget ya sampai lo minta izin ke gue segala."
Karamel menyikut lenganku dan menggeleng. Sepertinya perlakuanku salah di matanya kali ini.
Senyap. Tak ada suara apa pun dari seberang sana. Apa sapaanku terlalu tidak mengenakkan baginya?
"Halo, Gladys. Maaf kalau tadi ngebuat lo tersinggung."
Terdengar isakan Gladys. "Iya. Enggak apa-apa. Harusnya gue yang minta maaf karena udah nelpon dan ganggu jam siaran."
"Eh, kok begitu? Siaran ini kan emang terbuka buat siapapun yang curhat. Jadi lo enggak salah sama sekali."
"Gue lagi butuh banget temen. Jadi gue putusin buat nelpon."
"It's okay. Gue bisa jadi teman ngobrol lo malam ini. Ayo, cerita. Aku dengerin."
Setelah beberapa kali isakan, akhirnya dia memulai ceritanya. "Gue sedih banget. Orangtua gue mutusin buat cerai. Sementara gue yang cuma anak tunggal, enggak tahu harus berbuat apa lagi. Ikut Nyokap atau Bokap. Gue stress, Kak. Apa gue bunuh diri aja, ya?"
Aku terkejut mendengar keputusan terakhirnya. Pun Karamel. "Dys, tolong dengerin gue."