KARAMEL

Fataya Azzahra
Chapter #9

Kupu-kupu di Stoples

Aku menghela napas ketika melihat keributan yang terjadi di dalam kafe. Benar kata Radit tadi. Dia bahkan terlihat kelimpungan menangani anak-anak usia PAUD ini. Gerombolan anak kecil-sekitar lima belas anak-riuh berteriak dan berlompat-lompatan. Tiga orang guru pun mungkin tak sanggup menangani mereka. Lihat saja, cewek kecil yang tengah memeriksa tas merah yang mungkin milik salah satu guru, tapi tidak diketahui sang guru.

Aku segera berganti baju di ruang ganti dan mengatasi ini semua.

"Dit, Bunga belum dateng?" tanyaku ketika masuk dapur dan melihat Radit sendirian di pojok dekat rak piring. "Lo ngapain di situ?"

"G-gue takut, Bang."

Aku memutar bola mata dan berdecak. "Cepet lo tanya pesenan mereka."

"Caranya?"

"Ya lo tanya ke gurunya, lah. Biar gue yang nenangin anak-anak."

"Terus yang jaga dapur siapa?"

Kuhembuskan napas sambil menggaruk kepala. "Bunga mana, sih?"

"Gue udah telepon dia berkali-kali, tapi enggak diangkat."

Ke mana dia? Kok tumben enggak respons panggilan? Apa terjadi sesuatu lagi dengan ayahnya?

"Ya udah, mau gimana lagi coba? Udah sana entar keburu customer lain dateng. Apalagi ini udah masuk jam makan siang."

Oh, aku lupa memberitahukan kalau nama kafe ini adalah Kafe Orange. Menu yang disediakan di sini adalah menu beveragesbakerysandwichescakes, dan savory pies. Walau menu di kafe ini tidak menyediakan makanan berat, tapi banyak orang yang berkunjung untuk menghabiskan waktu makanan siangnya di sini.

Kami keluar membawa menu. Radit langsung ke para guru, sedangkan aku menghampiri cewek kecil yang-

Argh.... Sekarang cewek kecil itu tengah asyik menggeledah isi dompet gurunya. Mau jadi apa dia kecil-kecil sudah klepto?

"Hai, Manis." Aku berjongkok dan mengelus pipinya dengan lembut hingga wajahnya teralih kepadaku. "Ikut Kakak, yuk!" Pelan-pelan kugenggam tangan kecilnya, mengambil dompet, dan kumasukkan dompet si ibu guru ke dalam tas.

"Kakak Ganteng!" Si cewek kecil dengan mata yang berbinarnya langsung memelukku, lalu berkata, "Gendong aku."

Cobaan apa lagi ini, Tuhan? Kepalaku rasanya penat sekali. Sepertinya ini akan jadi hari yang panjang.

"Tapi Kakak mau kerja dulu, ya. Oh ya, kamu mau apa? Susu cokelat?"

Cewek kecil melepaskan pelukannya dan menatapku. "Aku mau susu stroberi."

"Oke. Tunggu di sini, ya." Sebelum berdiri, aku melihat sesuatu yang mustahil yang dikatakan Radit sewaktu menelepon tadi, kupu-kupu berukuran kecil dengan sayap biru muda dalam stoples. Senyumku terulas. Rupanya cewek kecil ini yang membawanya.

Kemudian, aku berdiri dan memberikan tas merah ke empunya. "Bu, maaf. Apa ini tas punya Ibu?"

Lihat selengkapnya