“Alaska gila!” omel Dalisha.
Saat ini ketiganya sudah beranjak dari lapangan basket, menelusuri lorong menuju kelas XI IPS 3. Dalisha dan Resha yang awalnya bersemangat menonton jadi hilang selera. Sepanjang perjalanan ada banyak siswa-siswi yang menatap mereka atau lebih tepatnya Karel. Sepertinya kejadian tadi sudah menjadi gosip hangat sesekolah tebak Karel. Hal itu membuat Karel jadi tidak nyaman seolah mendadak jadi tokoh utama gosip di sekolah hari ini. Tapi, sayangnya itu memanglah benar.
“Lo pasti nggak nyaman banget ya, Kar?” tanya Resha tepat sasaran yang dibalas dengan senyum tipis dari Karel.
“Karel!”
Sontak membuat ketiganya menoleh ke belakang secara bersamaan. Seolah tak habis-habisnya Alaska terus mendekatinya, Karel jadi curiga Alaska sengaja membuatnya jadi bahan perbincangan hari ini. Karel risih.
“Lo nanti balik bareng siapa?” tanya Alaska kemudian. Nampak masih ada bulir-bulir bening dipelipisnya setelah lelah bermain bola basket. Penampilan Alaska saat ini bisa saja jadi terlihat keren dimata cewek-cewek lain. Tapi, lain halnya dengan Karel, gadis itu benci Alaska.
“Sama bokapnya!” sambar Dalisha dengan nada sewot.
“Lo berdua kayaknya punya dendam pribadi ya sama gue?” tanya Alaska santai yang malah terlihat sedang bergurau.
“Sok asik,” balas Resha pedas.
“Udah deh, Ka. Gue mau balik sama siapa itu bukan urusan lo,” akhirnya Karel bersuara.
Alaska tidak tersinggung sama sekali mendengar jawaban dari gadis dihadapannya. “Jidat lo jadi gitu kan gara-gara gue, jadi nggak apa-apa kan kalau gue nanyain dan mau nganterin lo?”
“Nggak usah modus deh. Yang luka jidatnya bukan kakinya ditambah Karel udah baik-baik aja. Lo kira lo doang yang bisa nolongin Karel, lo lupa kalau kita sahabatnya. Lah elo siapa?” ucap Resha sedikit murka.
Karel menghembuskan napas, ia lelah. “Mending lo balik sana ke teman-teman lo atau kemana kek, gue mau balik.”
Tanpa menunggu jawaban Alaska karena Karel juga sudah malas berlama-lama ada disana.
“Kar, lo nggak capek apa digangguin terus sama Alaskaki?” Resha terdengar frustrasi. “Kalau cuma pake cara klasik dijauhin mah mana mempan. Lo lunak banget sih, Kar?”
“Tahu, dimana-mana ada aja tuh bocah lama-lama gatel banget mata gue,” tambah Dalisha.
“Ya capek lah!” Karel akhirnya meluapkan emosinya, membuat dua sahabatnya terkejut begitu juga dengan teman sekelasnya yang lain. “Eh, sorry,” ucap Karel setelahnya.
“Bisa emosi juga lo Kar?” ucapan Resha terdengar meledek.