KARELUNA

Jenitha
Chapter #5

Jarak (2)

Ruang belajar mandiri, disinilah Karel berada. Akhir-akhir ini sekolah membiarkan dua ruangan itu terbuka hingga pukul 5 sore sesuai dengan usulan para peserta OSN yang sering berdiam diri di kedua ruangan, tanpa terkecuali Karel. Tempat ini memang yang paling aman untuk menjauhkan jarak antara Karel dan Alaska. Tenang, damai, dan hanya sesekali suara dari lembaran buku yang dibuka sehingga Karel masih bisa fokus belajar. Ogah sekali Karel mencemari matanya dengan melihat Alaska dan Joya yang selalu mengekor dibelakangnya.

“Lo kok akhir-akhir ini susah banget dicari, Kar?”

Karel memutar bola matanya jengah. “Ada perlu apa lo nyari gue?” tanya Karel tanpa melihat orang yang selalu ia hindari.

Alaska menggaruk tengkuknya yang tak gatal. “Jidat lo gimana? Udah nggak sakit?”

Karel menghembuskan napas kasar. Dari banyaknya pertanyaan hanya itu yang terlintas dikepala Alaska. “Udah sembuh dari seminggu yang lalu.”

Alaska terdiam, seolah baru menyadari pertanyaannya kedengaran bodoh. Di raihnya sebuah buku sedang lalu duduk di sisi lain yang tak jauh dari Karel yang sudah lebih dulu kembali ke tempatnya.

Alaska berniat untuk tetap disana tanpa mengusik Karel. Namun, nyatanya Karel tetap merasa tidak nyaman. Bagaimana tidak? Buku yang Alaska buka lebar-lebar ditangan tapi berlawanan dengan matanya yang malah terus menatap Karel dan membuatnya risih. Awalnya Karel mencoba untuk mengabaikannya tapi lama-lama Karel tidak bisa merasa tidak terganggu. Akhirnya Karel mengemasi barang-barangnya memutuskan untuk pulang dan melanjutkan acara belajarnya dirumah.

Alaska yang melihat itu, bergegas menyusul Karel. “Lo masih marah sama gue, Kar?”

Tak ada jawaban dari Karel, gadis itu justru terus berjalan mengabaikan Alaska. Alaska sedikit geram terus diabaikan dan akhirnya mencengkal lengan Karel agar gadis itu tidak kemana-mana.

“Lepasin,” pinta Karel yang sayangnya tak diindahkan Alaska. Cowok itu terus menatapnya dengan sorot mata serius.

“Jawab pertanyaan gue dulu,” tuntut Alaska.

Karel memejamkan matanya beberapa saat untuk mengontrol emosi yang mulai naik ke ubun-ubun. “Lo jelas tahu apa jawabannya,” ujar Karel setelahnya. “Lepasin gue, lo tahu sakit nggak?’

Alaska terkejut seolah baru menyadari sikapnya. Alaska langsung melepaskan genggamannya, tanpa sepatah kata lagi Karel terus melangkah menjauh dari Alaska. Alaska diam. Toh tak ada gunanya ia terus menahan Karel. Mau sekeras apapun, tetap saja punggung yang jauh lebih kecil darinya itu terus menjadi pemandangan yang terus Alaska lihat. Kesalahan yang Alaska buat ternyata sefatal ini, hingga sampai saat ini pun Karel tidak bisa memaafkannya. Bila Alaska ingat, memang Karel berhak marah padanya. Tapi sekali saja, apakah Karel bisa mengerti alasannya?

Tepat pukul 17.35 WIB Karel sampai dirumahnya dan hal pertama yang ingin ia lakukan adalah beristirahat dikasur nyamannya untuk mengisi energi yang terkuras habis seharian ini.

“Baru pulang nak?”

Lihat selengkapnya