Sebuah papan buletin yang terletak di halaman bagian depan sekolah mendadak jadi primadona di SMA Garuda Bangsa. Ada banyak siswa-siswi yang mengerubungi hingga berebutan posisi hanya untuk melihat daftar peserta OSN yang lolos ke tingkat provinsi.
Sementara itu Karel baru saja tiba dengan sepeda motor kesayangannya bersama Gleo. Lalu, memarkirkan motornya. Sontak membuat beberapa pasang mata beralih pada mereka.
“Selamat ya, Kar,” ucap Lana yang diikuti teman-temannya kemudian pergi menuju kelas.
“Makasih,” ucap Karel seraya tersenyum.
“Cie menang lagi nih? Traktir dong ketua?” goda Gleo sambil menyikut lengan Karel.
“Dih, maaf kita kenal?” balas Karel lalu memasuki kerumunan.
“Sipit pelit!” ejek Gleo.
Tanpa menghiraukan Gleo, Karel terus menelaah kertas-kertas yang tertempel di papan buletin hingga akhirnya berhasil menemukan bidang pelajaran bertuliskan Geografi. Telunjuknya tepat ditengah-tengah namanya, lalu bergeser ke kanan.
“Kareluna Auristania, kelas XI IPS 3 juara 2 bidang Geografi.”
Karel sontak terkejut. Itu bukan suaranya, lalu siapa? Karel menoleh. Sepasang bulan sabit tercetak dipipi Grey Lavendra, begitu tertulis di bajunya, secara tak langsung menjawab pertanyaan Karel. Senyum Grey semakin mengembang hingga menampilkan gigi taringnya yang indah.
Vampir gulali? Batin Karel.
Sepersekian detik kemudian, Grey beranjak dari posisinya meninggalkan Karel dan kerumunan itu. Sementara itu, Karel masih memperhatikan punggung Grey yang menjauh.
Namanya Grey?
Lantas Karel kembali melihat kertas didepannya. “Grey Levandra, kelas XI IPS 1 juara 1 bidang Geografi," ucap Karel membaca tulisan itu. “Mukanya kok kayak nggak asing ya?”
“Oh, juara 2. Kasian kali ini kegeser, kalah pinter ya?” ucap Joya tiba-tiba dengan tangan menyilang didada.
“Kayaknya lo harus belajar dari Joya deh, Kar. Lihat nih, juara 1 bidang fisika,” tambah Yuni teman sekelas Joya dengan penuh penekanan di kalimat akhirnya.
Karel memutar bola matanya jengah. Malas meladeni.
Sementara itu Joya dan teman-temannya malah tertawa. “Kenapa, lo? Ketampar kenyataan nomor 2 ya? Upsy,” ujar Sera sambil terkekeh.
“Mau taruhan nggak? Bocah sok iya ini nggak bakal lolos dan kalaupun lolos ...,“ Joya menggantungkan kalimatnya. “Tetap nomor 2!” ucap ketiganya berbarengan melengkapi kalimat Joya.
“Minggir!” ujar Gleo spontan membuat Joya dan teman-temannya terkejut. Gleo lalu menggandeng tangan Karel hendak pergi dari sana. Namun, sebelum itu, Gleo mendekatkan wajahnya tepat ke samping wajah Joya. “Mau lo sepinter Albert Einstein sekali pun, gue yakin tipe Alaska bukan nenek sihir kayak lo,” bisiknya penuh penekanan.
“Apa-apaan sih?!” teriak Joya marah.