KARELUNA

Jenitha
Chapter #11

1 Hari

Karena kejadian itu Karel dan Alaska kembali bertengkar hebat. Akhir-akhir ini suasana Karel jadi naik turun seperti roller coasters. Hari ini ia memilih untuk tidak masuk sekolah dengan alasan sakit. Untungnya Genuar dan Yariska sedang berada di luar kota karena urusan pekerjaan. Untuk satu hari ini Karel akhirnya bisa libur. Libur dari sekolah, libur dari belajar, dan libur melihat orang-orang yang menyebalkan dihidupnya. Rumah ini sangat sepi, tapi menurut Karel ini merupakan sebuah ketenangan. Lagu-lagu dari salah satu penyanyi terkenal Indonesia yaitu Tulus mengalun merdu dengan suara kencang melalui pengeras suara, seperti lagu yang berjudul Satu Hari Di Bulan Juni dan Diri seolah mengutarakan isi hati Karel. Sampai akhirnya sebuah lagu Magic Shop yang dibawakan BTS terputar secara otomatis. Salah satu Boy Band favorit Karel karena terkenal dengan bakat dan ketulusannya dalam bernyanyi.

"Naega nain ge silh-eun nal yeong-yeong salajigo sip-eun nal ... Mun-eul hana mandeulja neoui mam sog-eda ... Geu mun-eul yeolgo deul-eogamyeon i gos-i gidalil geoya ...."

(Hari saat kau membenci dirimu, harus saat kau menghilang. Mari kita buat pintu di hhatimu. Buka pintu itu dan tempat ini akan menunggu. Tak apa percaya, itu akan menghiburmu, Magic Shop ini).

"Ttatteushan cha han jan-eul masimyeo ... Jeo eunhasuleul ollyeodabomyeo ... Neon gwaenchanh-eul geoya oh yeogin Magic Shop ...."

(Saat kau minum secangkir teh hangat. Saat kau melihat Bima Sakti. Kau akan baik-baik saja, di Magic Shop ini).

Hingga sampai akhirnya di penghujung lagu tiba, rupanya ada suara ketukan pintu yang cukup kencang dan berulang kali. Karel mematikan lagu yang terhubung diponselnya. Karel melangkah dengan santai lalu membukakan pintu rumah barangkali dia sudah tahu siapa orangnya.

“KAREL!”

Gleo langsung menyambut Karel dengan heboh, kedua tangannya menangkup pipi yang tak terlalu tirus itu lalu membalikkannya ke kanan dan ke kiri.

“Lo masih hidup?!” pekik Gleo. “Punya rumah elit tapi bel kok sulit? Tapi syukurlah, gue kira lo metong tadi,” ucap Gleo sembari mengelus dadanya lega.

Belum sempat Karel protes, Gleo lebih dulu memberinya pertanyaan yang terdengar seperti interogasi. “Heuh! Manusia kayak lo emang sakit apa?”

Mata Karel memicing tajam mendengar penuturan Gleo, walau setengahnya benar. Karel bukan tipe orang yang gampang sakit dan sangat jarang terjadi yang namanya surat sakit terkirim ke sekolah.

“Kepo!” elak Karel kemudian berniat hendak menutup kembali pintu rumahnya. Tapi sayangnya, tangan kekar Gleo lebih cepat menahan kayu jati itu.

Eits! Tidak semudah itu,” Gleo kembali membuka paksa pintu. Dengan langkah cepat, Gleo masuk ke rumah Karel.

“Heh! Mau ngapain lo bocah?! Keluar sana!” usir Karel.

Gleo menggeleng sambil tersenyum jahil. Dia mengamati sekeliling rumah, tidak ada yang aneh. Awalnya Gleo tidak yakin manusia kepala batu sampai ke tulang-tulangnya itu bisa jatuh sakit sampai-sampai tidak bisa masuk sekolah. Jelas bukan Karel yang biasanya.

“Gue mau main basket sama temen-temen di lapangan komplek. Lo mau ikut nggak?” Gleo kembali bersuara.

“Nggak!” tolak Karel mentah-mentah.

“Ayo dong, Princess Rapunzel,” rengek Gleo sambil bergelanyut ditangan kanan Karel. Sungguh, tidak sesuai dengan wajah dan ukuran tubuhnya.

Lihat selengkapnya