"Lo pasti mau belajar lagi ya? Jangan serius-serius amat, kali-kali santai. Gue yakin kok kalau Luna bakal menang."
Kalimat itu sudah beberapa kali terngiang-ngiang dikepala Karel. Kalimat sama yang sangat menjengkelkan. Ditatapnya sebuah es krim yang ada digenggamannya.
"Sokab banget!" ucap Karel tiba-tiba memekik diakhir kalimatnya.
Kembali diayunkannya dudukan ayunan itu sambil mengoceh dengan angin. Siapa saja yang melihat Karel saat ini, pasti mengira ia sudah gila. Untung saja ditaman sekolah sudah sepi karena jam sekolah telah berakhir. Sementara itu, Gleo tengah diruang guru karena dipanggil guru pembimbing ekskul. Makanya sekarang Karel berada disini sembari menunggu Gleo.
Sesuatu yang sangat cepat berhasil menghentikan ocehan Karel. Bunyi dan kilatan kamera. Tengok kanan tengok kiri, tidak ada siapa-siapa. Padahal Karel yakin rasanya ada seseorang yang sedang memperhatikannya. Tiba-tiba Karel jadi teringat perkara polaroid kemarin.
Brukkk
Ada suara lagi. Karel beranjak dari duduknya hendak menuju jalan sempit diantara ruang laboratorium lama dan kelas tak terpakai didekat taman. Pasalnya, Karel yakin suara dan sinar kilatan itu berasal dari sini. Karel menelan salivanya susah payah, kepalanya menempel ke dinding putih laboratorium sekolah berniat mengintip.
"AAAKH!"
"Kenapa teriak sih?"
Karel membuka matanya. "Eh?" katanya dengan mulut terbuka setengah. Karel melirik ke es krimnya yang tinggal corn-nya saja dan wajah Nuga secara bergantian.
"Kak Nuga? Astaga, sorry sorry kak nggak sengaja," Karel panik hendak berusaha mengusap wajah Nuga yang tertimpa es krim vanilla.
Itu terjadi karena Karel kaget, tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya dari belakang. Karel mencoba mengusap wajah Nuga agar bersih dari es krim, tapi bukannya bersih es krim yang menempel diwajah Nuga malah semakin menyebar menutupi seluruh wajah karena hal itu Karel jadi lupa, saking lucunya ia tertawa sampai terbahak-bahak.
"Lucu?" kata Nuga membuat Karel seketika mengulum tawannya tapi akhirnya kembali tertawa melihat Nuga yang berusaha membuka mata kanannya.
"Eh, itu disana ada wastafel," ujar Karel lalu menuntun Nuga pergi kesana.
Karel kembali mengulum tawanya kuat-kuat sembari menunggu Nuga membasuh wajahnya. Namun, sesaat kemudian mereka saling bersitatap, tak lama terdengar suara tawa dari keduanya yang saling menertawakan hal konyol yang baru saja mereka buat.
"Puas banget ya, lo?"
Karel terkekeh. "Sekali lagi, maaf ya kak?" ucap Karel yang dibalas anggukan dari Nuga. "Kak Nuga ngapain disini?" tanya Karel setelahnya.
"Lo sendiri?" tanya Nuga balik.
"Nungguin Gleo," jawab Karel.
Nuga menganggukan-anggukan kepalanya lagi. "Oh. Kalau gue cuma mau jalan-jalan bentar aja," ujarnya membuat dahi Karel berkedut. "Mbah Agung nyariin lo tuh, katanya udah lama lo nggak main kesana."
"Oh ya? Ntar deh gue main lagi ke sana."
"Kapan?" tanya Nuga lagi, kali ini dengan wajah berseri.
Sementara itu, Karel nampak berpikir. "Ehm ... sabtu sore," jawab Karel kemudian.