"Cukup ya, Pa! Mama capek bertengkar sama Papa. Mama mau tidur, ini udah malam loh, malu didengar sama tetangga, Pa!" ucapnya.
"Papa juga enggak mau bertengkar seperti ini, Ma! Mama yang buat kita jadi bertengkar!" jawabnya.
"Ya udah, kita bicarakan besok saja, Mama ngantuk!" ucapnya sembari meninggalkan seorang lelaki berkaca mata dan berpakaian jas hitam.
"Oke, besok kita selesaikan semuanya!" teriaknya dari kejauhan.
Seperti biasa, orang tua Luna selalu bertengkar sepulang kerja. Luna yang tengah tidur menjadi terkejut. Luna juga sering ketakutan saat Mamanya membanting barang di dekatnya sedangkan Papa Luna selalu meninggikan suaranya saat bertengkar.
Pada pagi harinya, Luna masuk sekolah di hari pertamanya di sebuah SMA terbaik Se-Jakarta. Luna pindah dari SMA sebelumnya karena Papa Luna sering pindah wilayah kerja sehingga Luna sering pindah-pindah sekolah. SMA itu menjadi sekolah keenam yang ia masuki dan Luna akan menetap bersekolah di sana hingga kelulusan.
Di masa pendidikan TK hingga SMP, Luna adalah gadis yang tenang dan jarang sekali berbicara dengan orang sekitarnya. Gadis yang memiliki nama lengkap Luna Dwi Selena ini semakin tertutup di masa pendidikan SMA nya. Luna jauh lebih tidak berani melakukan hal baru dan merasa tidak percaya diri hingga tumbuh menjadi remaja yang pendiam.
Luna memiliki orang tua yang gila dengan pekerjaan dan selalu bertengkar karena hal sepele. Pertengkaran mereka membuat Luna stres bahkan nyaris depresi tetapi Luna mencoba untuk bertahan. Luna berusaha sabar dan memilih menangis di kamar sambil menutupi kedua telinganya dengan bantal.
Sejak lahir hingga sekarang, Luna dirawat dan tinggal bersama Bibi Mirna. Luna memiliki sopir pribadi, bernama Pak Yanto yang selalu mengantarnya ke sekolah dan kemana pun. Pak Asep dan Pak Joko yang merupakan dua satpam penjaga keamanan dengan ketat sangat melindungi Luna seperti seorang pengawal kerajaan. Luna sangat bersyukur memiliki orang-orang yang luar biasa seperti mereka.
Pagi itu, Luna sedang bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah di hari pertamanya dengan jiwa yang semangat. Setelah selesai bersiap, Luna memantapkan diri untuk berangkat ke sekolah dengan mobilnya. Di perjalanan yang sejuk dan sepi, Pak Yanto menancap gas mobil dengan pasti.
Sesampainya di sekolah, Luna berjalan masuk ke gedung sekolah dengan memancarkan wajah karismatik. Tidak lama, Luna kemudian berjalan masuk ke kelas XI MIPA 2 lalu duduk di sana. Beberapa murid lainnya juga berlari kecil masuk ke kelas.
Setelah beberapa menit, bel masuk berdentang cukup lama. Seorang Guru perempuan berumur 30-an masuk ke kelas Luna.
"Selamat pagi anak-anak." ucap Ibu Guru itu.
"Pagi Bu." jawab semua murid dengan semangat.
"Perkenalkan, nama Ibu adalah Maya Tri Atika. Terserah kalian mau manggil Ibu Maya, Tri, atau Atika. Sebebas kalian saja pokoknya. Jadi Ibu akan memberitahu kepada kalian semua bahwa Ibu akan menjadi wali kelas kalian untuk satu tahun kedepan. Ibu juga akan mengajar di kelas ini untuk pelajaran Fisika." jelasnya.
"Ibu harap kalian semua bisa disiplin di mata pelajaran Ibu maupun di pelajaran lainnya, ya. Kalau begitu sekian dari Ibu, terimakasih." ucap lagi Ibu Maya yang langsung berjalan meninggalkan kelas.
Di jam pertama, kelas Luna tidak kedatangan guru dan belum memulai kegiatan belajar mengajar. Setelah 30 menit berlalu, bel istirahat berdentang, semua murid keluar dari kelas. Termasuk pula Luna yang keluar dari kelas dengan perasaan canggung akan lingkungan sekolah barunya.
Kaki Luna perlahan-lahan berjalan menelusuri jalan sekolah hingga ia berhenti di pinggir lapangan basket. Tampak beberapa siswa laki-laki sedang bermain basket dengan sengit. Ada juga beberapa anggota cheerleaders sedang menonton para siswa laki-laki itu.
Pandangan Luna tiba-tiba tertuju kepada seseorang yang ia pandang sebagai sesosok Devil yang tampan. Dia adalah Riko James, kakak senior Luna yang populer dan ganteng. Tidak hanya itu, ia juga pintar dan baik hati kepada orang lain. Di sekolah, Riko merupakan siswa yang paling banyak disukai oleh para kaum hawa terutama Ibu-Ibu kantin.
Luna yang tadinya melihat Riko cukup lama menjadi buyar seketika mendengar percakapan tiga siswi perempuan yang tengah duduk merapat di sampingnya dengan jarak dua kursi. Tanpa sadar, Luna menyimak pembicaraan mereka bertiga dengan serius.
"Ya ampun, Kak Riko itu udah ganteng, populer, jago lagi main basketnya."
"Benar banget, gue makin suka deh sama dia."
"Enggak cuma itu aja, Kak Riko itu juga baik banget. Gue pernah liat dia bantuin Ibu kantin yang kesusahan bawa piring pesan siswa-siswi lain."
"OMG! Gue pengen deh dibantu juga sama Kak Riko. Pasti deh gue seneng banget!"
Pada akhirnya, Luna menyudahi untuk menguping obrolan mereka dan melangkahkan kaki menuju kantin. Di sana Luna memesan nasi goreng dan es teh. Luna duduk sendirian dan beberapa siswa-siswi memandangnya sehingga Luna merasa tidak nyaman untuk makan sendirian tanpa ada seorang teman.
Tidak lama pesanan Luna datang, tiba-tiba empat siswa laki-laki berjalan mendekati Luna dan duduk di dekat Luna. Di salah satu rombongan itu ada terdapat Riko yang tengah habis memesan makanannya. Luna yang menyadari adanya Riko langsung merasa terkejut.
"Hai, apa boleh gue dan teman-teman gue duduk di sini?" tanya Riko.
"Oh, iya boleh kok." jawab Luna canggung.
"Oke, makasih ya. Oh iya, kenalin nama gue Riko James. Gue XII MIPA 4." ucap Riko sambil mengulurkan tangannya.
"Oh, nama gue Luna Dwi Selena. Gue anak baru di SMA ini, gue kelas XI MIPA 2." jawab Luna sambil membalas uluran tangan Riko.
"Oh, ternyata lo anak baru. Oke kalau gitu, semoga betah ya sekolah di sini." ucap Riko sambil tersenyum kecil.
Luna yang memandang senyuman maut Riko tiba-tiba menjadi salah tingkah dan jantungnya berdebar kencang. Tampak juga pipinya memerah setelah selesai bersalaman dengan Riko. Setelah itu, Riko kembali menoleh ke teman-temannya.
"Oke , jadi hari ini gue bakalan mentraktir kalian semua." ucap Riko.
"Hore, thank you ya, Riko." jawab semua teman-temannya.
"Lo juga mau gue traktir?" tawar Riko kepada Luna.
"Enggak usah, Kak. Makasih atas tawarannya. " jawab Luna.
"Oke, sama-sama." jawab Riko.
Luna yang sudah selesai makan langsung meninggalkan kantin sedangkan Riko dan teman-temannya sedang asyik menyantap makanan sambil berbincang seru. Saat di perjalanan menuju kelas, Luna dipanggil oleh seseorang. Langkah kaki Luna terhenti dan Luna mulai membalikkan tubuhnya dengan ragu.
Tampak Riko dan teman-temannya berdiri tegak melihat Luna dengan pandangan serius. "Mampus gue. Apa mereka mau jahatin gue?" ucap Luna dalam benaknya. Tiba-tiba Riko berjalan ke hadapan Luna dan berhenti dengan jarak yang cukup dekat dengannya sehingga Luna merasakan jantungnya berdebar lebih cepat.
"Dompet lo tadi ketinggalan di kantin. Maaf, tadi gue pakai buat bayar traktiran teman-teman gue." jelas Riko.
"Apa?" jawab Luna dengan raut wajah terkejut.
"Kapan-kapan gue ganti." ucap Riko sebelum dirinya dan teman-temannya pergi meninggalkan Luna sendirian.
Luna terdiam sejenak mencerna perkataan Riko lalu ia berlari masuk ke kelas. Sesampainya di kelas, Luna langsung duduk di kursinya dan tidak lama guru pelajaran Agama datang. "Baik anak-anak, Ibu langsung saja menjelaskan materinya. Sekarang, kalian buka buku cetak halaman tiga." ucap perempuan berkerudung coklat itu.