Keesokan harinya, Luna berangkat ke sekolah pukul 06.30 WIB dengan mengenakan jaket denim biru tuanya. Tiba di sekolah, Luna mengikuti kegiatan belajar di kelasnya hingga bel istirahat tiba. Luna berjalan menuju kantin dan mulai memesan makanan kemudian tiba-tiba Riko dan teman-temannya juga bersamaan ikut memesan dari arah samping Luna.
"Ibu senang sekali, akhirnya Nak Riko pesan makanan lagi di tempat Ibu." ungkap Ibu kantin yang suka memakai celemek berwarna hijau itu.
"Iya, Bu. Kemarin Ibu kan enggak jualan di kantin, jadi pada rindu banget sama makanan buatan Ibu." jawab Riko.
"Iya ni, Nak Riko. Ibu kemarin lagi sakit beberapa hari. Jadi Ibu libur dulu deh." jelas Ibu itu dengan sumringah.
"Nak Riko tadi pesan 5 menu makanan dan 5 menu minuman, kan?" tanya Ibu itu untuk memastikan.
"Iya, Bu. Kalau gitu, saya tunggu pesanannya di meja 06 ya, Bu." jawab Riko.
"Oke, Nak Riko." ucap Ibu kantin itu lagi.
Pada saat Riko sedang berbincang dengan teman-temannya, Riko melihat Luna yang tengah makan sendirian di meja 08. Riko pun tegak dari duduknya kemudian menuju ke arah Luna lalu duduk di sampingnya, "Enak makanannya?" tanya Riko.
Luna yang terkejut dengan kedatangan Riko menjadi terbatuk kecil dan saat itu juga Riko panik sehingga dirinya memberikan Luna segelas air putih dari samping Luna. Setelah Luna merasa baikan, Luna memasang raut wajah kesal sehingga membuat Riko merasa bersalah.
"Kak Riko apaan sih? Kenapa selalu datang tiba-tiba? Bikin kaget aja tau enggak sih." ungkap Luna dengan jengkel.
"Iya, maaf. Gue enggak bermaksud buat ngagetin lo. Habisnya juga lo fokus banget makannya. Sampai enggak sadar kalau teman lo ini ada di samping lo." jawab Riko.
Mendadak Luna terdiam dan menatap Riko dengan sedikit lama kemudian mengubah arah pandangannya kembali ke makanannya. Selama Luna makan, Riko memperhatikan Luna dengan pandangan dalam. Riko teringat kembali dengan perkataan Luna saat di kantin kemarin.
Setelah Luna selesai makan, Luna berjalan menuju Ibu kantin dan membayar makanannya. Tetapi, tangan Luna ditahan oleh Riko yang ditemani oleh teman-temannya di sampingnya. Luna merasa bingung dan mulai menoleh ke arah Riko dengan tatapan jutek.
"Ini apaan lagi, Kak?" tanya Luna.
"Biar gue yang bayar." jawab Riko.
"Enggak usah, kak. Gue mampu kok bayarnya." tolak Luna.
"Lo lupa? Gue ini teman lo satu-satunya di sekolah ini. Jadi, lo harus nurut sama teman lo ini." jawab Riko sebelum dirinya membayar makanan Luna kepada Ibu Kantin.
Tidak lama dari itu, Riko dan teman-temannya meninggalkan Luna di kantin itu sedangkan Luna mengejar Riko dengan berjalan cepat, "Enggak bisa gitu dong, Kak." ucap Luna dari kejauhan yang membuat langkah kaki Riko dan teman-temannya terhenti di sebuah lorong jalan.
"Gue enggak mau lo jadi teman gue lagi, Kak." jawab Luna.
"Kenapa?" tanya Riko.
"Gue jadi teman lo maupun enggak jadi teman lo juga, gue tetep ngerasa sendirian di kantin." ungkap Luna.
"Jadi, lo mau gue gimana?" tanya Riko lagi.
"Kak, kita ini dua insan yang berbeda lawan jenis. Mana mungkin banget kita bisa jadi teman. Jadi, gue minta lo enggak usah temenan lagi sama gue. Mulai sekarang, kita jadi orang yang enggak pernah kenal seperti kita enggak pernah ketemu." pinta Luna.
Riko terdiam dan merasa bingung dengan perkataan Luna kemudian Luna meninggalkan mereka dengan berjalan cepat menuju kelas. Tidak lama Luna duduk di kursinya, Luna didatangi oleh seorang siswi berkepang dua dengan ikat rambut berwarna purple.
"Hai. Maaf ganggu. Gue lihat dari kejauhan, gue kayaknya baru liat lo deh di kelas ini. Lo anak baru, ya? Siapa nama lo?" tanya siswi itu.
"Oh. Iya, gue baru masuk hari Senin kemarin. Nama gue Luna Dwi Selena. Bisa dipanggil Luna." jawab Luna.
"Oh gitu. Kayaknya, itu bersamaan dengan waktu gue enggak masuk deh hari Senin kemarin juga. Jadinya, gue baru tau kalo ada anak baru di kelas ini." ucap siswi itu.
"Oh iya. Kenalin, nama gue Mita Kumala Sari. Lo panggil aja gue Mita. Gue boleh enggak duduk di sebelah lo? Soalnya gue juga duduk sendirian di pojok sana." lanjut Mita.
"Oh. Iya udah kalau gitu. Silahkan aja, Mit." jawab Luna.
"Oke, bentar ya. Gue mau ambil tas gue dulu di sana." ucap Mita.