Di hari berikutnya, Luna memilih berangkat ke sekolah dengan menggunakan sepedanya. Ketika di tengah perjalanan, Luna singgah menuju taman kemudian melihat Fero yang tengah duduk di kursi panjang taman dengan mata terpaku dari kejauhan. Luna kemudian keluar dari taman itu dan melanjutkan perjalanannya menuju sekolah. Setelah beberapa menit, Luna sampai di parkiran sekolah dengan raut wajah lelah setelah banyak mengayuh sepeda.
Luna mengikuti kegiatan belajar hingga akhir pelajaran dengan baik. Bel pulang sekolah berdentang keras kemudian Luna pun langsung keluar dari kelas. Luna kemudian berjalan menuju parkir dan mengeluarkan sepedanya dari barisan sepeda lainnya.
Ketika Luna duduk di sepedanya dan hendak mengayuh, tiba-tiba Riko datang menghampirinya, "Ini undangan buat lo. Gue ngundang lo ke acara ulang tahun gue. Lo bisa datang, kan?" ucap Riko.
"Kalo gue ada waktu kosong." jawab Luna ketus.
"Oke. Kalau gitu, gue tunggu lo di acara ulang tahun gue." ucap Riko sebelum meninggalkan Luna dan mengambil motornya di antara barisan motor lainnya.
Seketika mata Luna terbelalak dan melihat Riko dari kejauhan yang sedang membawa motor dengan laju cepat, "Maksa banget sih." ucap Luna dengan raut wajah kesal. Setelah itu, Luna pun memasukkan surat undangan itu ke dalam tasnya lalu mengendarai sepeda menuju rumahnya.
Setelah beberapa menit di perjalanan, Luna sampai di rumahnya dengan tubuh lelah. Setelah itu, Luna menuju kamarnya lalu langsung menjatuhkan tubuhnya di kasur. Setelah beberapa menit berbaring, Luna mengambil ponselnya. Seketika Luna teringat kembali pada saat pertemuan dirinya dengan Fero di taman itu.
"Apa gue tanya sama Fero aja, ya." ucap Luna dalam benaknya.
Luna pun mulai menulis pesan lalu mengirimnya ke nomor yang telah diberikan Fero padanya, "Fero, ini gue Luna. Gue mau tanya, apa lo hari ini ada waktu? Kalau ada waktu, apa lo mau temenin gue buat nyari kado? Nanti gue kasih tau deh tempat dan waktunya." tulis Luna.
Tidak lama, Fero pun membalas pesan Luna dengan perasaan senang sementara Luna membacanya dengan raut wajah serius, "Iya. Gue bisa kok, Lun." balasnya. Setelah itu, Luna pun langsung mengganti seragam sekolahnya menjadi pakaian casual. Luna dan Fero bertemu di sebuah mal besar.
"Lo mau beliin kado buat siapa?" tanya Fero penasaran.
"Gue mau beliin kado buat kak Riko. Malam ini dia ulang tahun." jawab Luna dengan malu-malu.
Fero hanya terdiam dengan raut wajah tidak suka. "Menurut lo, kado yang cocok buat cowok itu apa, ya?" tanya Luna. Fero menunjuk ke arah mainan bola basket tanpa bersuara sementara Luna melihat arah tangan Fero lalu tersenyum sumringah.
"Ide bagus. Thanks ya, Fer?" ucap Luna kesenangan.
"Iya." jawab Fero dengan senyum terpaksa.
Setelah itu, Luna membayar belanjaannya yang terbungkus oleh kertas kado. Kemudian mereka pun pergi meninggalkan tempat itu. Jarum panjang menunjukkan pukul 19:00 WIB, malam itu Luna mengenakan gaun ungu yang anggun bak Princess.
Luna turun melewati anak tangga dan keluar dari rumahnya dengan berjalan menggunakan sepatu hak tinggi. Sementara, di luar Fero tampak sudah menunggu Luna dengan berpakaian kaos oblong dan blazzer cokelat serta sepatu casual-nya. Setelah itu, Fero dan Luna pun berangkat menggunakan motor gede Fero menuju acara ulang tahun Riko.
Beberapa lama di perjalanan, akhirnya mereka pun sampai di depan rumah Riko. Luna turun dari motor itu kemudian dilanjutkan dengan Fero. Luna dan Fero pun masuk ke dalam rumah Riko dengan kedua tangan Luna yang membawa sebuah kado kecil.
Di acara tersebut, Luna melihat Riko yang tampak sedang berbicara dengan teman-temannya dari kejauhan. Riko yang menyadari kedatangan Luna pun langsung menghampiri Luna dan sontak saja Riko terpukau melihat penampilan Luna malam itu. Sementara, Fero menikmati makanan dan minumannya bersama tamu undangan lainnya.
"Ini kado buat lo, Kak." ucap Luna.
"Makasih ya, Lun. Gue senang banget lo datang ke acara ulang tahun gue." jawab Riko.
"Udah gede, masih aja ngerayain ulang tahun." ejek Luna.
"Enggak apa-apa dong." jawab Riko.
"Iya udah ya, Lun. Lo nikmatin aja acara malam ini. Gue tinggal dulu, ya." lanjut Riko.
"Iya, Kak." jawab Luna.
Setelah itu, Riko berjalan menuju arah meja yang dipenuhi dengan tumpukan kado. Di meja itu, Riko meletakkan kado pemberian Luna bersama kado lainnya. Sementara, Luna berjalan ke arah Fero yang duduk sendirian di dalam keramaian tamu-tamu yang datang.
Luna memberikan segelas sirup merah ke arah tangan Fero sembari duduk di sebelahnya, "Ini minuman buat lo." ucap Luna. Fero pun mengambil gelas itu dari tangan Luna, "Makasih, Lun." jawab Fero. Luna hanya membalas ucapan Fero dengan anggukan kemudian tiba-tiba suara pengumuman terdengar sehingga membuat para tamu melihat ke arah Riko.
Tampak Riko sedang berdiri bersama seorang perempuan yang sama ketika Luna lihat di lampu merah pada saat itu, "Semuanya, mohon perhatiannya sebentar, ya. Malam ini gue mau kalian semua yang ada di sini menjadi saksi hubungan gue dengan Sonya." ucap Riko. Tidak lama dari itu, Riko langsung duduk berlutut di depan Sonya, "Sonya, lo mau enggak jadi pacar gue?" ucap Riko sembari memegang salah satu tangan Sonya.
Kedua pipi Sonya tampak memerah, "Iya. Gue mau jadi pacar lo, Riko." jawab Sonya dengan malu-malu. Melihat pemandangan itu, hati Luna sangat hancur dan terluka. Luna membendung air mata dan pada akhirnya meninggalkan acara itu kemudian berlari menuju jalan setapak yang sepi.
Fero mengejar Luna dengan raut wajah penuh cemas hingga ia mengikuti Luna dari belakang sembari berlari. Awan yang tampak gelap menurunkan tirai hujan yang sangat deras di malam itu. Luna menangis dengan banyak air mata yang bercampur dengan air hujan. Fero tiba-tiba berhenti dengan jarak cukup jauh dari dari arah belakang Luna.
"Lo kenapa sih, Lun?" teriak Fero.