Karena Dia Aku Hidup

Adelia Putri Sukda
Chapter #4

SATU HARI YANG MENYEDIHKAN

Sepulang dari rumah sakit, Luna pulang ke rumah dengan mata yang bengkak. Luna hanya diam di sepanjang perjalanan pulangnya. Sesampainya di kamar, Luna terbaring menangis di kasurnya sebelum Bibi Mirna datang.

"Non Luna. Non yang kuat, ya." ucap Bibi Mirna sembari memeluk Luna.

Keesokan harinya, Luna berangkat ke sekolahnya. Tiba di dalam di kelasnya, Luna meletakkan tas rasel di kursi duduknya. Suasana kelas yang kosong membuat Luna merasa kesepian hingga teringat kejadian semalam.

Semenjak kejadian Fero yang telah terjadi beberapa hari yang lalu, Luna menjadi perempuan yang murung di rumah dan menyendiri di sekolah. Ketika jam istirahat, Luna duduk sendirian di taman sekolah sambil mendengarkan lagu dengan earphone-nya. Lagu yang didengarkannya bernada sedih seperti keadaannya saat itu.

Dari kejauhan, Riko cukup lama diam-diam melihat Luna duduk sendirian di taman itu. Terlintas raut wajah Riko heran bercampur penasaran melihat perubahan yang terjadi pada Luna akhir-akhir ini.

Setelah itu, Riko pun melangkahkan kakinya menuju lapangan untuk mengikuti battle basket bersama teman-temannya. Di tengah bermainnya, Riko tiba-tiba merasa tidak fokus dan tidak bersemangat seperti biasanya. Hal itu tampak saat dia tidak bisa mencetak beberapa skor untuk timnya.

Dengan wajah kecewa dan putus asa, Riko memutuskan untuk mengakhiri keikutsertaannya dalam battle basket itu. Riko keluar dari lapangan dan memilih duduk ke pinggir lapangan. Sonya kekasih Riko pun menyodorkan sebotol air mineral untuknya.

"Ini minum." ucap Sonya.

"Thanks, Beb." jawab Riko.

"Iya, sama-sama. Beb, lo kenapa keluar gitu aja dari pertandingan?" tanya Sonya.

"Gue ngerasa lagi enggak konsentrasi aja." jawab Riko.

"Iya udah, lain kali konsentrasi, ya. Kan, lo ketua basket, Beb. Harus fokus terus, dong." ucap Sonya.

"Iya. Pasti gue bakal terus mencoba menjadi ketua yang terbaik buat tim." jawab Riko dengan semangat lagi.

Tidak lama, bel masuk berbunyi dan semua murid di lapangan basket bubar dari sana.

"Beb, gue mau ganti baju dulu. Lo duluan aja ke kelas." ucap Riko.

"Oke, Beb. Gue tunggu di kelas, ya." jawab Sonya sebelum meninggalkan Riko.

Riko menjawab perkataan Sonya dengan anggukan kemudian ia berjalan ke ruang ganti pakaian. Tampak di dalam ruangan itu ada tim Riko sedang membuka baju basket dan beralih mengenakan seragam sekolah.

Sepulang sekolah, Riko melihat Luna berjalan lambat di depannya dengan wajah tidak bersemangat. Riko hanya melihat dan memperhatikan sepanjang langkah jalan Luna hingga depan gerbang sekolah.

"Beb, kamu liatin siapa dari tadi?" tanya Sonya heran.

"Oh. Enggak kok. Enggak liatin siapa-siapa." jawab Riko.

"Jangan bohong, ya. Dari tadi aku merhatiin loh." ucap Sonya.

"Aku tadi lagi lihatin temen aku. Cuma udah enggak ada lagi, ya. Kok bisa cepat banget hilangnya, ya." jawab Riko.

"Riko." ucap Sonya dengan tatapan curiganya.

"Iya. Beneren, Beb. Udah ya, mending aku antar kamu ke rumah. Biar kamu sampai di rumah tepat waktu dan selamat. Oke?" ucap Riko.

"Oke." jawab Sonya dengan singkat.

Tidak lama, mobil jemputan Luna datang dan Luna pun masuk ke dalam mobilnya. Beberapa lama di perjalanan, Luna pun singgah sebentar di taman yang sering ia kunjungi.

Setelah mengantar Sonya pulang, Riko pun melihat mobil Luna terparkir di pinggir jalan yang sepi. Riko pun memberhentikan motornya dengan jarak sedikit jauh dari tempat pemberhentian mobil Luna.

Lihat selengkapnya