"Kenapa?" tanya Luna.
"Cewek itu kelihatan bukan cewek yang baik. Riko enggak pernah bawa cewek ke rumah. Tapi, sejak Riko pacaran sama cewek itu. Riko jadi bawa cewek ke rumah. Gue rasa itu bukan kemauan Riko untuk sembarang bawa cewek ke rumah. Bisa jadi cewek itu yang paksa Riko untuk bawa dia ke rumah." jelas Riki.
"Apa di rumah kalian ada orang tua kalian?" tanya Luna lagi.
"Ada. Justru Mama yang tegur Riko karena masalah dia yang bawa cewek itu ke rumah." jawab Riki.
"Gue bisa relate banget sama kekawatiran Mama kalian." ucap Luna.
"Kita jadi kelamaan ngobrol sampe enggak kerasa udah mau malam." ucap Riki.
"Oh iya nih. Duh, maaf banget ya. Gue banyak nanya dari tadi, sampe kita ngobrol panjang banget." jawab Luna.
"Sebenarnya di awal sih gue agak risih, tapi makin ke sini, gue rasa lo bukan cewek kayak Sonya itu deh." ucap Riki.
"Maksud lo?" tanya Luna.
"Kapan-kapan aja gue jelasin. Yuk bubar, udah malam ni." jawab Riki.
"Oke deh." ucap Luna sebelum mereka sama-sama meninggalkan tempat itu.
Pada saat tengah malam, Luna mengalami mimpi buruk yang menakutkan sehingga ia terbangun dari tidurnya. Luna mengambil segelas air putih yang berada di atas nakas lalu meminumnya. Setelah itu, Luna menyelimuti tubuhnya lalu kembali tidur.
Cukup lama memejamkan mata, Luna pun merasa gelisah dengan membolak-balik tubuhnya menghadap ke kanan dan ke kiri. Sampai akhirnya, Luna pun tidak bisa tidur lagi dan memutuskan untuk turun dari kasurnya lalu membuka laptop di meja belajarnya.
Luna membuka akun Instagram Riko dan mulai melihat postingan fotonya satu persatu. Di salah satu foto itu, Luna melihat foto Riko yang tengah bermain basket bersama Riki di sebuah lapangan. "Wah. Mereka berdua bener-bener saudara kembar yang solid. Main basket sama-sama dan kelihatan akur banget." ucap Luna.
Setelah itu, Luna menutup laptopnya dan mencoba untuk tidur. Setelah beberapa menit, Luna akhirnya pun bisa kembali tidur hingga pagi.
Keesokan pagi, Luna menuju danau. Di sana, luna menunggu Riki yang tak kunjung ada dengan cukup lama. "Harusnya gue minta nomor handphone-nya kemarin." ucap Luna dengan raut wajah kesal.
Keesokan harinya, Luna berangkat ke sekolah dengan diantar oleh Pak Yanto. Di jam istirahat, Luna berjalan ke kelas XII MIPA 4. Luna memberanikan diri untuk masuk ke sana.
Luna memasang raut wajah percaya diri di hadapan semua seniornya. Tampak Sonya yang baru bangun dari duduknya dan dua teman di sisi sampingnya menyadari kedatangan Luna. Mereka semua memandang ke arah Luna dengan tatapan serius sehingga membuat Luna merasa nervous.
"Kak, bisa ngomong sebentar?" tanya Luna.
"Oke." jawab Sonya dengan pandangan curiga dan bingung.
"Kak Sonya bisa kasih gue alamat Kak Riko enggak?" tanya Luna lagi.
"Buat apa?" tanya Sonya.
"Gue mau ke sana, Kak. Ada keperluan yang penting." jawab Luna.