Karena Dia Aku Hidup

Adelia Putri Sukda
Chapter #10

INSIDEN

Luna yang tengah memakan jajanan, tiba-tiba diberi pesan oleh Riki, "Lun, ada yang mau gue omongin sama lo. Bisa enggak lo datang ke taman dekat danau kemarin?" tanya Riki.

"Oke. Gue ke sana sekarang, Rik." jawab Luna sebelum langsung bergegas pergi ke taman itu. Setibanya di taman, Luna melihat Riki yang tegak di depannya sambil membawa setangkai bunga putih yang cantik. Luna terpaku melihat Riki dengan tampilan yang berkarisma dan tampan di sore itu.

Riki yang mendadak menarik tangan Luna dan mengajak Luna menuju tempat yang teduh, membuat jantung Luna berdetak kencang. Setibanya mereka berdua di depan toko yang tutup di seberang jalan dekat taman itu, Riki pun mulai menatap Luna dengan serius.

"Lun, gue mau ngomong jujur sama lo. Sebenarnya, gue udah mulai suka sama lo sejak kita pertama kali ketemu di danau. Jadi, apa lo mau jadi pacar gue?" tanya Riki dengan wajah berharap.

"Kenapa lo tiba-tiba bisa suka sama gue?" tanya Luna balik.

"Lo itu adalah cewek yang harus dijaga dan dicintai sepenuh hati. Orang yang tepat untuk membuat lo merasa aman dan nyaman adalah gue orangnya. Itu juga pesan terakhir dari almarhum Riko buat gue, Lun." jawab Riki.

Seketika air mata Luna menetes dan merasa sangat tidak menyangka setelah mendengar perkataan Riki itu, "Gue ma..." Ketika Luna hendak memberikan jawaban, seketika pula pengguna mobil tiba-tiba membuang botol air mineral bekas sembarangan sehingga mengenai kepala Luna. Luna pun jatuh pingsan dengan terbaring ke lantai sementara Riki seketika terkejut kemudian langsung membawa Luna ke rumah sakit terdekat.

Setiba di rumah sakit, Luna diperiksa di ruangan. Setelah Dokter selesai memeriksa Luna, Dokter itu pun keluar dari ruangan lalu Riki pun menghampiri Dokter itu, "Gimana Dok, keadaan Luna?" tanya Riki cemas.

"Pasien mengalami benturan yang cukup keras di bagian kepalanya. Tetapi, tidak mengganggu organ dalam kepalanya. Pasien sekarang hanya butuh istirahat yang cukup." jawab Dokter itu.

Mendengar jawaban Dokter itu, Riki pun merasa sedikit lega karena Luna tidak mengalami hal yang serius, "Syukur lah Dok, kalo begitu makasih ya, Dok."ucap Riki.

"Sama-sama. Kalau begitu saya permisi dulu. Mari." jawab Dokter.

"Mari, Dok." ucap Riki sembari membuka jalan untuk mempersilahkan Dokter itu melewati jalan.

Riki kemudian masuk ke dalam kamar rawat Luna untuk melihat keadaan Luna yang belum sadarkan diri. Beberapa menit Riki di dalam ruangan itu, Luna pun mulai membuka matanya lalu melihat ke arah depan yang ternyata sudah ada Riki sedang menanti kesadarannya.

"Gue di mana?" tanya Luna seraya memegang kepalanya.

"Lo di rumah sakit Lun. Lo jangan banyak gerak-gerak dulu. Lo harus cukup istirahat dulu kata Dokter." jawab Riki.

Luna tiba-tiba memegang kepalanya dengan cukup lama, "Lo kenapa, Lun?" tanya Riki.

"Kepala gue pusing banget." jawab Luna dengan suara lemah.

"Iya udah, lo jangan banyak ngomong dulu. Lo tiduran aja." ucap Riki.

Luna mengangguk setuju dan mulai berbaring kembali dengan selimut yang menutupi tubuhnya hingga tertidur pulas. Keesokan siang, Luna diizinkan pulang oleh Dokter. Riki pun mengantar Luna dengan naik Taxi bersama.

Wajah Luna sedikit pucat dan butuh istirahat lagi untuk memaksimalkan kesembuhan dirinya. Sesampainya di rumah Luna, Riki pun membantu Luna untuk berjalan menuju kamarnya. "Makasih banyak ya, Den, sudah antar Non Luna ke rumah." ucap Bibi Mirna.

"Sama-sama, Bi." jawab Riki.

Lihat selengkapnya