Karena Dia Aku Hidup

Adelia Putri Sukda
Chapter #22

KESEDIHAN

Sepulang sekolah, Luna menemui Riki yang tengah kerja di kasir dan tampak ramai pembeli di hari itu. Luna tegak di depan pintu kaca masuk supermarket dan mengintip sedikit Riki yang tengah sibuk melayani pembeli yang berantrian panjang. Setelah itu, Luna memberi pesan kepada Riki dan cukup lama, Luna menunggu di sana.

Tidak ada balasan pesan dari Riki. Riki juga tidak menyadari keberadaan Luna yang melambaikan tangannya agar Riki menengok kepadanya. Para pembeli tidak habis-habis jumlahnya sehingga Riki sangat kewalahan dan lelah bekerja. Luna menyerah menunggu Riki untuk selesai bekerja sehingga Luna masuk lagi ke mobilnya dan pulang ke rumah dengan perasaan sedih.

Mobil Luna kemudian sampai di depan rumahnya setelah beberapa menit di perjalanan. Luna turun dari mobilnya, lalu berjalan masuk ke rumahnya menuju kamarnya. Luna mengganti pakaiannya dan turun melewati anak tangga dengan wajah murung untuk makan siang di ruang makan.

Tampak makanan yang cukup banyak sudah disiapkan oleh Bibi Mirna sebelum kepulangan Luna. Luna memakan semua lauk pauk dengan lahap dan sehabis makan, Luna menonton televisi. Di ruang itu, Bibi Mirna mendekati Luna, "Non, apa Non mau dibuatin makanan atau minuman?" tawar Bibi Mirna.

"Enggak usah Bi. Saya lagi enggak kepengen. Makasih Bi, udah nawarin." jawab Luna dengan mata yang tertuju ke layar televisi.

"Baik lah, Non Luna." jawab Bibi Mirna.

Bibi Mirna kemudian berjalan kembali ke dapur dengan cepat. Sementara Luna, mengganti tiap-tiap siaran dengan terus menerus. Luna kemudian mematikan televisinya karena tidak ada siaran yang membuatnya ingin menonton.

Luna pun berjalan ke kamarnya untuk melihat siang yang terik di pintu jendelanya. Luna kemudian meratapi kejadian yang terjadi pada dirinya hingga berujung dirinya merasakan pusing sendiri. Tidak lama dari itu, Luna pun memutuskan untuk tidur siang dengan menyalakan AC di kamarnya itu lalu, Luna tidur cukup lama hingga hari hampir mau malam.

Luna terjaga akibat suara handphone yang berbunyi lalu Luna mengecek handphone yang berisi enam kali panggilan tidak terjawab. Luna menyadari diri nya tidur terlalu nyenyak sehingga tidak sadar ada telepon masuk.

Panggilan tidak terjawab itu tertulis atas nama Mark. Tiba-tiba raut wajah Luna berubah menjadi sedih, "Gue pikir, Riki yang bakal telepon gue, ternyata Mark. Boro-boro Riki bakal balas pesan gue, baca aja enggak pesan dari gue kayaknya." ucap Luna dalam batinnya.

Kemudian Luna meletakkan handphone-nya dan berjalan ke kamar mandi. Luna menghidupkan shower dengan air dingin yang mengguyur tubuhnya. Setelah selesai mandi, Luna menggunakan pakaian dan menggunakan body lotion-nya. Di lanjutkan dengan menggunakan skincare-nya dengan sebelas tahap, Luna merasa dengan tahap yang maksimal membuat wajahnya sehat dan glowing.

Di malam hari, Luna turun ke lantai satu dan berjalan menuju meja makan. Bibi Mirna yang sedang menata piring berisi lauk pauk menyadari kedatangan Luna. Luna duduk di kursi dan menunjukkan ekspresi datar.

Luna langsung mengambil lauk pauknya dan mengambil pisau serta garpu. Luna sangat tidak konsentrasi dengan menggunakan pisau dan garpu untuk memotong ayam bakarnya. Bibi Mirna tampak bingung dengan sikap Luna yang tampak tidak biasanya. Sepanjang makan Luna hanya diam dan tidak bersemangat.

"Non, enggak apa-apa kan? tanya Bibi Mirna sambil melongo melihat tingkah laku Luna.

"Enggak apa-apa kok Bi, memang kenapa?" jawab Luna.

Lihat selengkapnya