Di pagi yang dingin dan menusuk tubuh, Luna harus datang ke sekolah lebih awal dari biasanya. Luna harus sampai ke sekolah dengan pakaian rapi, berikat pinggang, dan bertopi. Pada hari itu, Luna ditugaskan untuk menjadi pembawa bendera di sekolahnya untuk upacara bendera hari senin.
Luna berlari menuju kelasnya untuk meletakkan tasnya lalu berjalan cepat menuju lapangan. Di sana para petugas upacara akan latihan sebentar sebelum upacara bendera yang sebenarnya di mulai. Sekolah Luna dikenal dengan disiplin waktunya sehingga selalu memanfaatkan waktu yang tersisa untuk latihan dan menjadi sekolah percontohan.
Setelah selesai latihan upacara dan semua sudah dipersiapkan dengan maksimal hingga pada waktunya mereka semua mulai melaksanakan tugasnya. Setelah beberapa menit selesai menjalankan upacara yang berjalan dengan khidmat dan lancar, semua murid dan guru bubar dari lapangan. Di jam pelajaran pertama, Luna melaksanakan kegiatan belajarnya dengan lancar yang pada jam itu belajar mata pelajaran seni budaya.
Luna bahkan tertawa terbahak-bahak bersama seluruh teman satu kelasnya pada saat menjalani praktek teater. Ada salah satu teman laki-laki di kelasnya yang sedang menunjukkan contoh mengekspresikan dan memperagakan seseorang yang janjinya tidak ditepati. Seharusnya teman laki-laki Luna menunjukkannya dengan ekspresi sedih dan kecewa serta kesal.
Tetapi temannya justru memperagakannya dengan lebay dan tidak serius sehingga semua tertawa terpingkal-pingkal. Di detik-detik akhir mata pelajaran seni budaya akan habis, terdengar suara pengumuman yang mengatakan seluruh siswa-siswi akan pulang cepat kecuali guru-gurunya yang akan rapat bersama. Serontak semua murid yang berada di kelas masing-masing mendengar pemberitahuan itu sangat senang dan meloncat kegirangan.
Selama di perjalanan, Luna terlihat tersenyum melihat keluar dari jendela mobilnya, "Kayaknya lagi senang ni, Non?" tanya Pak Yanto.
"Iya Pak, gimana enggak senang kalo aja kita semua pulang cepat hari ini. Kan jarang-jarang banget bisa kayak gini". jawab Luna.
"Bagus lah Non kalo itu buat Non senang sedari tadi." jawab Pak Yanto.
Luna hanya membalas jawaban dengan senyuman ke Pak Yanto lalu melihat ke arah jendela lagi. Sesampainya di rumah, Luna keluar dari mobil dan berjalan menuju kamarnya lalu berganti pakaian. Setelah itu, Luna turun ke lantai satu untuk pergi keluar rumah menggunakan sepedanya.
Luna membeli mi samyang dan rumput laut di supermarket. Sesampainya di sana, Luna tidak melihat Riki di tempat kasir. Hingga akhirnya Luna kembali lagi ke rumahnya dengan perasaan kecewa. Di dapur, Luna memasak mi yang sudah ia beli tadi lalu memakannya bersama rumput laut.
Setelah kenyang dari makannya, Luna duduk-duduk di sofa ruang tengah. Luna memberi pesan di sosial media kepada Riki. Luna menunggu balasan pesan dari Riki sambil menonton televisi, memakan kue makaroni dan bermain play station tetapi Riki tidak kunjung membalasnya.
"Kenapa sih Riki susah banget kalo di-chat maupun dihubungin?" tanya Luna dalam hatinya.
Luna menjadi sedih bercampur kesal sehingga ia memutuskan untuk mentelepon Riki agar dia membalas pesannya. Tanpa hasil apa-apa, Luna masih tetap tidak dibalas pesannya oleh Riki. Padahal beberapa hari yang lalu, Riki menemuinya langsung tetapi secara tidak langsung, sekarang Luna sangat kesulitan menghubunginya.
Luna menyerah hari itu juga untuk memikirkan dan peduli dengan Riki. Untuk kesekian kalinya Luna mendapatkan kekecewaan secara tidak langsung dari Riki yang tidak pernah peka terhadapnya. Luna akhirnya menonton televisi saja sambil memakan semua cemilannya.