Karena Dia Aku Hidup

Adelia Putri Sukda
Chapter #33

SESUATU

Mark sangat terkejut mendengar perkataan Luna, "Lun, gue mohon jangan suruh gue tidur di luar gitu dong." ucap Mark dengan tangan memohon.

"Oke, kalo gitu lo punya dua pilihan sekarang. Lo pilih tidur di luar atau pulang malam ini juga!" jawab Luna.

"Aduh Lun, tolong jangan kasih gue pilihan. Semua pilihan yang lo kasih itu susah banget buat gue pilih." jawab Mark.

"Ya udah kalo lo enggak bisa pilih, biar gue aja yang milih. Lo tidur di luar! Itu keputusan gue!" ucap Luna.

Seketika Mark menganga besar mendengar keputusan buruk itu dari mulut Luna. Sehabis Luna memberitahukan keputusannya, Luna langsung berjalan menuju kamarnya sedangkan Mark mencoba memohon-mohon kepada Luna dengan mengikuti langkah kaki Luna dari samping.

"Gue janji deh Lun, gue enggak bakal buat lo kesel lagi." ucap Mark.

"Gue enggak bisa terima mulut lo yang blak-blak-an itu!" jawab Luna.

"Iya gue benar-benar minta maaf, sumpah deh." jawab Mark.

"Mana bisa gue percaya sama cowok kayak lo. Biasanya orang yang blak-blakan enggak bisa dipegang omongannya karena ya dia pasti bakal ceplas-ceplos." jawab Luna yang langsung menutup pintu kamarnya dengan kuat.

Mark hanya bisa meratapi kenyataan pahit yang ia dapatkan. Mark berjalan ke lantai satu melewati anak tangga dengan tubuh lemas lalu menjatuhkan tubuhnya ke sofa di ruang tengah. Mark mulai tertidur di sana dengan nyenyak tanpa diberi selimut oleh Luna. Keesokan harinya, Luna bangun dan sudah siap berangkat menuju sekolah dan saat turun dari kamarnya, Luna melihat Mark yang masih tidur dengan mengorok.

Luna langsung ke sana mendekati Mark, "Bangun lo Mark! Apa-apaan sih lo tidur di sini segala! Siapa yang suruh lo tidur di sofa, ha?!" ucap Luna sambil membangun Mark dengan kasar. Mark menjadi terbangun mendengar suara ocehan Luna yang mengganggu, "Luna? Lun, gue minta ampun. Gue enggak mau tidur di luar Lun. Di sini aja gue udah tersiksa kedinginan enggak lo kasih selimut apalagi di luar." ucap Mark yang berlutut kepada Luna.

"Enggak usah sok minta ampun gitu, gue enggak akan kemakan sama omongan lo itu!" jawab Luna.

"Duh Lun, terus gue harus gimana supaya lo mau maafin gue?" tanya Mark.

Luna terdiam sejenak dan berpikir untuk membalas perkataan Mark yang sudah kasar terhadapnya dengan sebuah permintaan, "Gue mau lo bantu gue untuk bisa buat gue pacaran sama gebetan gue." jawab Luna.

"Gimana caranya coba? Gue aja sampe sekarang masih jomblo, Lun." ucap Mark.

"Gue enggak mau tau caranya gimana, gue enggak peduli soal apa pun. Pokoknya lo harus lakuin apa yang gue minta." jawab Luna.

"Bisa-bisa ya lo Lun kayak gini sama sepupu lo sendiri." ucap Mark.

"Udah deh jadi orang jangan ribet, nurut aja kenapa sih?" jawab Luna.

"Ya tapi enggak gini juga kali, liat-liat orangnya juga kali apa dia jomblo atau enggak." jawab Mark yang mulai kesal.

"Ssst! Enggak usah ribut, gue mau berangkat ke sekolah dulu. Lo bisa pulang sekarang ke apartemen lo." ucap Luna.

"Tapi Lun, gue masih belum bisa pastiin kalo gue bakal bisa bantuin lo apa enggak." jawab dari kejauhan yang masih terdengar oleh telinga Luna yang sudah berjalan masuk ke mobil.

Setelah mobil Luna pergi, Mark berjalan keluar untuk menaiki motornya lalu pergi dari rumah Luna. Di perjalanan, Luna tersenyum kecil mengingat ekspresi Mark yang terkejut parah saat meminta Mark harus bisa membuatnya jadian dengan Riki. Pak Yanto memperhatikan Luna yang senyum sendiri, "Kalo boleh tau nih Non, kayaknya Non Luna lagi senang banget ya, Non?" tanya Pak Yanto.

"Engga kenapa-kenapa kok Pak, biasa aja." jawab Luna bohong.

"Bapak tebak ya, kalo Non ini pagi-pagi senyum pasti lagi jatuh cinta atau bisa juga dapat hadiah dari seseorang." ucap Pak Yanto.

"Sok tau nih Bapak, udah ah Pak fokus aja nyetirnya entar nabrak loh." jawab Luna.

Lihat selengkapnya