Setelah menelusuri jalan yang padat dan panas siang yang terik, mereka akhirnya sampai di depan rumah Luna. Kemudian Luna turun dari motor Riki, "Makasih ya Rik udah mau antarin gue pulang." ucap Luna.
"Sama-sama Lun. Iya udah deh, kalo gitu gue pulang ya Lun, bye." jawab Riki.
"Rik, bentar." ucap Luna.
"Iya?" jawab Riki.
"Gue mau nanya sesuatu sama lo." ucap Luna.
"Mau nanya apaan?" jawab Riki.
"Hm, enggak jadi deh. Gue masuk dulu ya, bye." ucap Luna yang kemudian masuk dengan cepat.
Riki hanya terdiam kaku dan bertanya-tanya dengan yang akan ditanyakan Luna tadi. Setelah itu, Riki memutuskan pergi dari depan rumah Luna. Setelah sampai di rumahnya, Riki meletakkan tas ransel ke kursi belajar lalu membuka dasinya. Di tengah kegiatannya melepas dasi, Riki tanpa sengaja melihat foto Riko di atas meja belajarnya.
Riki melihat foto itu dan mengambilnya, mata Riki mulai berkaca-kaca hingga ia meneteskan air mata. Mulutnya mulai bergetar dan kulit wajahnya memerah hingga akhirnya ia pun menangis tersedu-sedu, "Gue janji Rik, gue akan jagain Luna demi lo." ucap Riki.
Luna yang sudah di kamar dan selesai berganti pakaian turun ke bawah untuk makan siang. Luna makan dengan lahap dan setelah itu Luna keluar rumah. Luna merenung seorang diri sambil melihat ikan di kolam.
"Sebenarnya, cowok misterius itu siapa sih? Kenapa dia menghilang begitu aja di sekolah? Setidaknya gue bisa ketemu dia atau lihat dia, tapi kok enggak ada sedikit pun kesempatan dan peluang itu ya." ucap Luna.
"Bodoh amat lah. Gue udah kayak mikirin matematika aja pakek kesempatan dan peluang." ucap Luna lagi.
Setelah itu Luna masuk ke dalam rumahnya lalu menaiki anak tangga menuju kamarnya untuk bersantai sambil bermain handphone. Luna bermain sosial media hingga siang berubah menjadi sore. Luna meletakkan handphone-nya di meja belajar lalu mengambil handuk kemudian masuk ke dalam kamar mandi.
Selesai mandi sore, Luna memakai pakaiannya lalu melihat ke arah jendela kamarnya dengan wajah datar. Luna merasa hatinya kosong dan hidupnya hampa karena kesepian di rumah tanpa ada orang tuanya. Luna merindukan sesosok orang tua yang bisa diajak berbicara, sekedar menonton tv bersama, makan bersama, dan diperhatikan.