Karena Dia Aku Hidup

Adelia Putri Sukda
Chapter #39

KECELAKAAN

Luna yang tengah tertidur dibangunkan oleh Bibi Mirna tetapi berat rasanya untuk membangunkannya setelah mengingat kejadian kemarin sore. Belum sempat Bibi Mirna membangunkan, tiba-tiba Luna sudah bangun duluan.

"Eh, Non Luna udah bangun." ucap Bibi Mirna.

"Iya Bi, aku pikir Mama ternyata Bibi. Tapi Mama mana mungkin juga sih bangunin aku pagi-pagi, kan Mama bangunnya selalu siang." jawab Luna sambil menggosok mata dan turun dari tempat tidurnya.

Bibi Mirna hanya diam sambil melipat selimut dan merapikan tempat tidur Luna sedangkan Luna menuju kamar mandi. Bibi Mirna melihat ke arah kamar mandi Luna dengan tatapan prihatin kepada Luna yang tengah kehilangan Papanya. Jarum jam menunjukkan pukul 07.00 WIB, Luna turun ke bawah untuk sarapan.

Tampak di ruang makan terdapat Mama Luna yang tengah meletakkan nasi ke piring. Luna melihatnya dengan terkejut sambil berjalan ke kursi.

"Tumben Mama udah bangun jam segini? Biasanya bangunnya jam 09.00 WIB." ucap Luna.

"Mama sengaja bangun pagi biar bisa sarapan bareng kamu. Kan kita udah lama enggak makan bareng sayang." jawab Mama Luna.

"Iya itu karena Mama selalu sibuk kerja." jawab Luna dengan ketus.

"Maaf ya sayang, kan Mama kerja juga uangnya buat biaya kamu sekolah, makan, dan kehidupan kita di rumah." jawab Mama Luna.

Seketika mata Luna berkaca-kaca lalu mengambil cepat sebuah roti berisi selai stroberi dari piring dan berlari pergi, "Aku pergi sekolah dulu." ucap Luna.

"Luna sarapan kamu belum habis loh." jawab Mama Luna.

Luna masuk ke dalam mobilnya dengan menahan air mata sambil menutup wajah dengan topi ungu mudanya. Luna mencoba untuk tidak menangis tetapi air matanya sedikit demi sedikit menetes hingga mengalir cukup banyak. Luna menghapus air matanya tetapi ia tetap tidak bisa berhenti menahan air mata.

Pada akhirnya Luna mengeluarkan isi dalam tasnya lalu memasukkan tas ke kepalanya. Di situ, Luna melepas tangisannya dengan sejadi-jadinya. Luna menangis dengan menahan suara tangisnya agar Pak Yanto tidak mendengarnya karena Luna merasa malu.

Setelah beberapa menit di perjalanan, mobil Luna sampai di depan gedung sekolahnya. Luna menghapus air matanya lalu memasukkan kembali peralatan sekolahnya ke dalam tas. Kaki Luna mulai keluar dari mobil lalu melangkah pergi menuju kelasnya.

Lihat selengkapnya