Saat beberapa langkah kaki mereka berjalan, tiba-tiba saja Bayu mencoba menghalangi Luna, Mita dan Riki. Bayu memulai aksi rencananya untuk mengganggu hubungan Luna dan Riki dengan permainan halus, “Luna, mau kemana?” tanya Bayu dengan suara yang cukup besar dari kejauhan.
Langkah kaki Luna terhenti, begitu juga dengan langkah kaki Riki dan Mita yang ikut berhenti. Merek bertiga secara kompak membalikkan badan ke hadapan bayu akibatnya, Bayu takjub dengan keselarasan mereka membalikkan badan. Hal itu tampak terlintas di wajahnya yang sekaligus juga menunjukkan wajah licik.
“Gue mau makan di depan sekolah, kenapa?” jawab Luna.
“Gabung aja Lun sama gue di sini makannya.” tawar Bayu.
“Enggak usah, makasih.” jawab Luna.
“Ayo lah Lun. Sekali-sekali kali Lun makan bareng gue di sini.” ajak Bayu.
“Enggak, gue mau makan di tempat lain aja.” jawab Luna.
“Masa lo enggak ada balasan utang budi sih sama gue setelah gue antar lo pulang kemarin?” ucap Bayu.
“Heh! Kalo dia bilang enggak mau ya enggak mau! Jangan dipaksa dong!” ucap Riki dengan wajah penuh marah.
“Heh! Lo kenapa nada ngomongnya enggak santai gitu?! Lo ada masalah sama gue?!” jawab Bayu dengan mendorong-dorong tubuh Riki dengan kasar.
“Masalah Luna jadi masalah gue juga! Sekarang gue minta sama lo, jangan paksa-paksa Luna buat makan bareng sama lo lagi! Luna itu pacar gue, jadi gue enggak suka dia makan sama cowok lain, ngerti?!” ucap Riki sebelum dirinya berhasil menghajar bibir Bayu dengan keras.
“Sialan lo!” ucap Bayu yang memegang bibirnya yang berdarah lalu membalas tinjuan Riki dengan agresif.
“Udah-udah, Riki, Kak Bayu stop! Aduh, Mita gimana ni?” ucap Luna yang tampak cemas.
“Woy stop dong, aduh kok malah berantem gini sih?! Stop Riki, Kak Bayu.” ucap Mita pula.
“Semuanya tolong, tolong lerai mereka berdua! Stop Kak Bayu, stop Riki! Gue bilang stop!” ucap Luna.