Setelah itu, Riki langsung mengambil handphone-nya di atas meja lalu mulai mencari nomor kontak Luna. Tiba-tiba, Riki merasa ragu untuk mentelepon Luna. Dirinya tidak ingin Luna kawatir. Riki sudah berjanji kepada Luna untuk tidak berbohong lagi, tetapi pada akhirnya Riki mentelepon Luna juga dengan berat hati.
Luna yang sedang mengerjakan tugas sekolah menghentikan kegiatannya kemudian mengangkat telepon masuk dari Riki, “Halo Rik. Ada apa?” tanya Luna.
“Gue, mau kasih kabar sama lo sayang.” jawab Riki.
“Oh, mau kasih kabar, kirain apaan. Sebelum lo kasih tau, gue mau tebak duluan. Sayang sekarang di rumah kan?” ucap Luna.
“Enggak, gue sekarang lagi di Rumah Sakit.” jawab Riki.
Senyum manis yang terlintas di bibir Luna berubah menjadi kaku, mata Luna berair sehingga mengeluarkan air mata sedangkan Riki memejamkan mata sebagai tanda bersalah sudah memberi kabar buruk kepada Luna.
“Lo kenapa bisa ada di Rumah Sakit?” tanya Luna dengan air mata yang sudah mengalir deras.
“Sepulang dari Rumah Sakit, bakal gue ceritain kok sayang. Jadi lo tenang aja di rumah ya?” jawab Riki.
“Enggak, bilang sekarang juga!” pinta Luna.
“Tapi, …” jawab Riki.
“Cepat bilang!” ucap Luna.
“Oke, gue bakal bilang. Gue dikeroyok sama Bayu sialan itu dan teman-temannya.” jawab Riki.
Setelah mendengar jawaban Riki, Luna langsung menutup sambungan teleponnya dengan Riki. Akibatnya, Riki menjadi bingung dan cemas dengan Luna yang mendadak mematikan handphone-nya itu. “Luna, halo Luna? Luna. Sial! Kenapa Luna matiin telepon gue?!” ucap Riki dengan kesal bercampur kawatir.
Luna yang langsung bergegas pergi dan akhirnya tiba di depan rumah Bayu pun langsung mentelepon Bayu, “Halo?” ucap Bayu.