Sesampainya Luna di dalam kamarnya, Luna didatangi oleh Mamanya dengan senyum-senyum jahil. Luna yang melihatnya menjadi bingung sendiri lalu menghiraukan Mamanya sejenak dengan menyelesaikan kegiatannya memasang kancing baju tidur.
“Mama kenapa sih? Kok senyum-senyum?” tanya Luna heran.
“Kamu itu kalau ada cowok kenalin dong ke Mama. Jangan diam-diam gitu.” jawab Mama Luna.
“Siapa yang diam-diam sih? Aku cuma diantar sama teman cowok doang kok.” ucap Luna.
“Beneran? Cuma teman cowok atau teman tapi mesra?” tanya Mama Luna.
“Ah, udah lah Ma. Aku capek, mau tidur.” jawab Luna yang langsung mendorong pelan tubuh Mamanya keluar kamar lalu menutup pintu kamarnya.
“Kalo nanti punya pacar, langsung kenalin ke Mama ya?” teriak Mama Luna dari depan pintu kamar Luna.
Setelah itu, Mama Luna berjalan turun ke anak tangga meninggalkan kamar Luna sedangkan Luna yang berada di balik pintu kamarnya memasang wajah malu-malu. Luna kemudian berjalan ke tempat tidurnya lalu berbaring. “Gue malu rasanya deh kalo harus kenalin Riki ke Mama.” ucap Luna sebelum dirinya memejamkan kedua matanya.
Keesokan harinya, Luna datang ke sekolah dan sesesampainya ia di kelas, Luna melihat bangku Riki yang kosong. Luna memasang wajah sedih dan tiba-tiba Mita datang hadapan Luna di kelas itu.
“Pagi Lun.” ucap Mita.
“Pagi.” jawab Luna dengan tidak bersemangat.
“Lemes banget kayak sayuran? Pagi-pagi gini jangan lemes dong tapi semangat.” ucap Mita.
“Gimana bisa gue semangat coba? Kalo aja Riki hari ini enggak masuk sekolah.” jawab Luna.
“Kenapa dia enggak masuk sekolah?” tanya Mita.
“Riki sekarang ada di rumah sakit, karena habis dikeroyok Kak Bayu dan teman-temannya.” jawab Luna.