Mama Luna dan Riki saling berpandangan satu sama lain sehingga membuat Luna mulai curiga dengan keduanya yang membuat dirinya juga salah paham dengan arti pandangan itu. Setelah selesai terjeda dalam diam, Mama Luna pun mulai membuka suara.
“Iya Luna, kemarin Riki datang ke rumah sakit ini buat liat kondisi kamu. Kamu kan mendadak masuk rumah sakit. Sebelum Riki datang ke sini, Riki telepon Mama buat nanyain alamat rumah sakit tempat kamu dirawat hingga singkat cerita Riki sampai di sini.” jelas Mama Luna.
“Terus, lo Riki bisa tau nomor nyokap gue dari mana?” tanya Luna.
“Gue kemarin ke rumah lo dan rencananya mau ngasih kejutan kalau gue udah diizinin pulang dari rumahs sakit. Tapi, pas gue udah sampai di rumah lo, gue liat Bibi Mirna nangis. Terus, gue tanya ke Bibi Mirna soal dia nangis dan dia bilang kalau lo masuk rumah sakit. Di situ, gue jadi kawatir banget dan mau ke rumah sakit buat liat lo tapi, Bibi Mirna enggak tau alamat rumah sakitnya. Jadi, dia kasih deh nomor telepon nyokap lo ke gue untuk suruh tanya alamat rumah sakit lo dirawat.” jelas Riki.
“Ternyata gitu ceritanya.” jawab Luna.
“Iya udah, Mama mau ke kantin rumah sakit dulu ya buat beliin Riki makanan dan minuman.” ucap Mama Luna.
“Enggak usah repot-repot Tante. Kali ini saya udah makan kok Tante, jadi tante tenang aja.” jawab Riki.
“Oh kirain kamu belum makan pas datang ke sini.” ucap Mama Luna.
“Udah kok Tante.” jawab Riki lagi.
“Ya udah, Tante tinggal makan dulu ya? Tante mau makan malam dulu, jadi kamu tolong jagain Luna lagi ya Rik?” ucap Mama Luna.
“Siap Tante.” jawab Riki.
“Ih, apaan sih Ma. Memangnya aku anak kecil pake dijagain segala?” sahut Luna.
“Enggak apa-apa lah sayang. Udah ya, Mama pergi dulu? Dah.” ucap Mama Luna.
“Iya Ma.” jawab Luna.
Setelah itu, Riki duduk di kursi lalu memegang tangan Luna sambil menatap dalam kepada Luna. Luna yang dilihat oleh Riki pun menjadi salah tingkah kemudian pada akhirnya mereka berdua saling bertatapan cukup lama lalu diakhiri dengan Luna yang pura-pura batuk.