Karena Kirana

Mario Matutu
Chapter #3

#3

AKU terkejut bukan main saat merasakan sesuatu sedang merayap di telingaku. Awalnya aku pikir ada semut yang memasuki lubang telingaku. Sewaktu kecil, telingaku sempat sekali kemasukan semut saat sedang tidur. Rasanya sakit sekali. Aku menangis sepanjang malam. Ibuku sempat panik. Ia menelepon kakekku yang menyuruhnya memasukkan air ke lubang telingaku yang lainnya. Ajaib, rasanya sakitnya hilang seketika.

Namun, saat aku membuka mata, kudapati wajah Kirana sudah berada di depan hidungku. Ia tersenyum jail sambil menggerak-gerakkan tangannya yang masih memegangi ujung rambutnya.

Kutarik bantal guling untuk menutupi wajahku lalu kembali memejamkan mata. Aku benar-benar masih sangat mengantuk. Tadi aku baru tidur sekitar jam tiga dinihari. Tapi, Kirana terus menggangguku. Ia malah mulai mengoceh di dekat telingaku seperti burung Jalak Hongkong. Suara berisik Kirana membuatku tidak bisa lagi melanjutkan tidurku.

“Ibuku ternyata tidak berbohong,” katanya. Tangannya menarik bantal yang menutupi wajahku lalu melemparkannya ke tempat tidurnya.

“Tentang apa?” Aku mengucek mataku dengan malas kemudian merentangkan kedua tanganku ke samping untuk meregangkan otot. “Ibumu tidak berbohong soal apa?”

“Tentang kau.”.

“Aku?”

“Iya. Ibuku bilang kau sangat baik.”

“Baik apanya,” ucapku.

“Semalam kau yang pindahkan aku ke dalam kamar, bukan?”

“Ah, siapa yang bilang?”

“Kalau begitu bagaimana aku bisa tiba-tiba ada di dalam kamar pagi ini.”

“Oh, tadi malam kau jalan sendiri ke dalam kamar. Sepertinya kau juga mengidap somnabulisme.”

Somnabulisme?”

“Kau menderita sleepwalking, penyakit tidur berjalan.”

Kirana tertawa memperlihatkan barisan giginya yang putih. Ah, gadis ini memang cantik. Sesaat aku mencoba membandingkannya dengan Alena. Mereka berdua sama-sama cantik. Sama-sama lincah. Sama-sama usil. Sama-sama kaya. Dan sama-sama membuatku bingung.

“Mandilah.”

Sebenarnya aku benar-benar masih mengantuk dan ingin tidur. Tapi Kirana sudah menarik kedua tanganku, memaksaku untuk bangun. Dengan malas aku terpaksa bangkit dari ranjang lalu bergegas masuk ke kamar mandi.

                                                                      ***

KUPERHATIKAN orang-orang di restoran dan segera merasa minder. Kecuali para pelayan, hampir semua pria di restoran itu mengenakan jas dan celana kain mahal yang garis lipatannya terlihat menonjol. Sementara aku hanya memakai celana jeans serta kemeja. Aku merasa seperti tidak sedang berada di kotaku sendiri.

Untungnya Kirana juga berpakaian santai. Ia mengenakan rok model overall pendek dan sepatu kets.

“Setelah ini kita kemana?” Aku bertanya dari seberang meja. Makanan di hadapanku sudah hampir habis.

Kirana berpikir sejenak sambil menghabiskan makanan yang sedang dikunyahnya. Setelah itu ia mangguk-mangguk. Kurasa ia sudah punya pilihan tempat yang ingin ia kunjungi pagi ini.

“Aku ingin ke kampus.”

“Ke kampusku?”

Kirana mengangguk. “Aku mau melihat kampusmu.”

“Tapi aku sudah tidak kuliah. Minggu lalu aku sudah ujian dan sekarang hanya menunggu wisuda.”

Lihat selengkapnya