Karena Kutukan, Aku Jadi Pelakor

Sri Wintala Achmad
Chapter #2

Chapter 2

Menyaksikan kedatanganku, Bulik Rinten tampak berbinar wajahnya. Wajah yang selalu mengingatkanku pada matahari pagi yang tak bercadarkan awan. Sungguhpun luka hatinya belum sembuh sesudah dicerai Paklik Harja tiga bulan silam. Memang, ia sangat piawai di dalam menyembunyikan rasa kedukaan pada orang lain. 

Di dalam ruang tamu, aku duduk di kursi busa yang tampak kusut kain pelapisnya. Selagi Bulik Rinten yang divonis mandul oleh dokter itu pergi ke dapur, aku menyaksikan tembok bercat krem tak lagi dihisasi foto berduanya dengan Paklik Harja saat pesta pernikahan. Foto yang semula selalu diceritakan pada semua tamu yang berkunjung di rumahnya. 

Betapa aku dapat membayangkan bahwa tembok krem yang bersih tanpa sebingkai foto menyerupai suasana hati Bulik Rinten. Melihat wajahnya mencerminkan kebahagiaan, namun hatinya senyap sejak malam hingga adzan subuh berkumandang dari suatu surau. Lantaran tak ada Paklik Harja yang semula menjadi tumpahan 12.758 sisa katanya sesudah 7.242 ia habiskan dengan para pelanggan wartegnya.

“Sum…. Apa yang sedang kamu pikirkan?”

Aku tersentak mendengar pertanyaan Bulik Rinten yang sudah berada di dalam ruang tamu tanpa sepengetahuanku. “Ehm…. Tidak, Bulik.”

“Jangan bohong! Kamu sedang memikirkan sesuatu hingga tak tahu kedatanganku.”

“Dalam hati aku bertanya, Bulik. Kemana foto Bulik sama Paklik yang dulu dipajang di tembok itu?”

“Sudah aku buang ke sungai, Sum. Aku tak ingin melihat si brengsek itu lagi.”

“Maksud Bulik, Paklik Harja.”

“Cukup, Sum. Kita ngobrol lainnya saja.” Bulik Rinten diam sesaat. Air matanya meleleh. Sepertinya, ia teringat pada Paklik Harja. Lelaki yang dicintainya. Mencampakkan dirinya sesudah lelaki itu tergoda dengan Ni Giyah. Pelengger muda yang belum bersuami. “Oh ya, Sum. Ini…. Aku buatkan teh untukmu. Minumlah dulu!”

Lihat selengkapnya