15
Ada beberapa hal yang ditanyakan Maya kepadanya. Pertanyaan yang seolah ditanyakan sambil lalu, tapi membuatnya serasa terpancing dan ragu untuk menjawabnya. Bagaimana kalau Maya tersebut ternyata penyamaran pacarnya? Akan tetapi, ia menepis prasangka tersebut jauh-jauh karena kemungkinannya sangat kecil.
“Mengapa sih, rasa benci kepada pacarmu itu nggak hilang-hilang? Mengapa nggak kangen-kangen?” desak Maya. Lelaki itu terkejut.
“Dijawab nggak ya?”akhirnya ia santai menanggapinya.
“Tapi Kamu seharusnya menjawab serius. Misalnya, apakah dirinya sangat penuntut? Karena ia merasa lebih tua dan lebih mapan, lalu Dirimu merasa dipaksa untuk kerja, kerja, dan kerja?” tanya Maya lagi. Lelaki itu menggeleng kemudian duduk di samping Maya.
“Hm… andaikan ulahnya seperti itu. Ia menuntutku kerja, kerja, dan kerja, aku tentu malah suka. Tapi, ia nggak seperti mereka yang begitu bertemu denganku, begitu melihatku, seolah melihat ATM berjalan.”
“ATM ganteng pula,”sahut Maya tertawa seolah tidak percaya yang diceritakannya.
“Betulkah demikian? Ia tidak memotivasimu untuk bekerja? Padahal kan seharusnya senang, bisa memborong isi mall. Kamu hard work, ia sibuk menuju shop,” kata Maya sambil mengupas buah jeruk kemudian diberikan kepadanya.
“Kalau Kamu, begitu jugakah?” ia bertanya sambil mengunyah jeruk. Maya menoleh ke arahnya sebentar kemudian bertanya pula,
“Begitu bagaimana?”sahut Maya mengupas sebuah jeruk lagi untuk dirinya sendiri.
“Begitu juga. Menyuruhku kerja, kerja, dan kerja dan menganggapku sebagai ATM berjalan, karena Kamu ingin aku selalu hard work agar Dirimu bisa selalu shop.”
Maya tertawa,
“Tentu tidak.”
“Bukankah Kamu mirip dirinya? Sama seperti ulahmulah. Ia tidak memberiku support untuk bekerja. Aku mau kerja, boleh. Enggak juga nggak apa-apa.”
“Karena ia sudah paham bahwa Kamu bukan tipikal benalu. Makanya ia nggak banyak cerewet, nggak banyak mengarahkan harus begini-begitu. Kamu tentu lebih tahu yang Kaumau,”jawab Maya lagi-lagi membelanya.
“Tapi hal itu membuatku merasa tidak ada greget untuk mempercepat pertemuan. Kalau bersamanya aku harus ngapain? Aku harus di rumah saja?”
“Ya udahlah, nanti akan kusampaikan kepadanya, bahwa dirimu ingin dipaksa untuk kerja, kerja, dan kerja. Minta disuruh cari uang teruus…. Maya menghentikan omongannya. Ia tersedak kulit dalam buah jeruk. Lelaki itu pun segera memberikan kepadany sebotol air kemasan yang memang telah dibawa Maya dan diletakkan di meja.
“Mengapa tersedak segala?” ia pun bertanya dengan nada pura-pura menggerutu meskipun dalam hatinya merasa geli melihat Maya tersedak ketika membahas tentang uang.
“Kamu lucu sih. Orang lain malah senang kalau diminta nggak cari uang banyak-banyak, Kamu malah sebaliknya. Malah minta disuruh-suruh mencari uang. Nggak mengherankan, penggemarmu banyak. Hehehe.” Maya tertawa terbahak.