Karena Umur

Kinanthi (Nanik W)
Chapter #21

#21

21

 

Lelaki itu, yang ternyata dipanggil dengan nama "Ben" oleh teman-temannya, kembali teringat Maya. Maya beberapa hari ini bahkan lebih dari sebulan, seolah menghilang entah ke mana. Seperti kesepakatan keduanya bahwa tak akan saling menghubungi jika tak ada kepentingan yang berkaitan dengan memerlukan bantuan. Bantuan itu pun hal yang berkaitan dengan pekerjaan maupun curhat masalah pribadi yang berkaitan dengan pacar, mereka tak akan saling menghubungi.

Adakah kerinduan? Sejujurnya Ben merasa bahwa dirinya tipikal mandiri. Sebagai anak tengah, ia merasa tidak pernah bermanja dan cenderung mengerjakan apa pun secara mandiri tanpa bantuan siapa pun. Demikian pula yang berkaitan dengan wanita dalam hidupnya. Selama ini dalam pandangannya, hubungan antara pria dan wanita di bumi patriarki ada ketidakberesan dan ada ketidakjelasan arah. Apa tujuan kedekatan tersebut? Jika tujuan awal adalah menemukan demi soulmate, tentulah tidak ada tendensi lainnya di balik itu. 

Begitulah yang dirasakannya dari kedekatannya dengan Maya. Keduanya menjadi dekat dan akrab tanpa memberikan peluang kepada nafsu untuk merajai perasaan mereka. Nafsu untuk memiliki yang akan menyulut kecemburuan. Nafsu untuk menunjukkan kepada sekitar bahwa dirinya telah laku yang menyulut hasrat untuk memamerkan kebersamaan. Nafsu untuk merasa dicintai yang memunculkan keinginan untuk diberi. Nafsu yang berkaitan dengan libido yang membuat keduanya lalai? Lalu meluapkan gairah sesaat? Pelampiasan dalam hitungan detik tersebut akan menyulut derita dan sesal berkepanjangan, bukan? Hal yang akan dibiarkannya berkembang tentunya.

"Meskipun Dirimu selera aku banget, tapi logikaku cukup waras untuk mengendalikan nafsuku. Mengapa ya?"

"Itu karena egomu bisa mengalahkan desakan "id" untuk melakukan tindakan tanpa logika. Egomu tetap berpijak kepada logika bahwa pada awal kedekatan aku telah memasang sinyal bahwa aku punya pacar. Apa yang terlintas di hatimu saat itu?" tanya Ben.

"Ketika prasangka positif dan negatif minta diperlakukan seimbang, yang muncul adalah... Hmm...darimana ini. Aspek positif dulu ya. Kamu orangnya dalam melangkah selalu penuh perhitungan. Kamu selalu menghidupkan sinyal kewaspadaan dalam logikamu terlebih menghadapi wanita patriarki. Wanita yang begitu menyadari bahwa dirinya adalah wanita, sudah didoktrin untuk tidak mandiri, sepintar apa pun dirinya. Doktrin tersebut belum tentu muncul dari keluarga, tapi bisa muncul dari kerabat maupun sekitarnya. Dengan mengatakan telah ada pacar, Kamu diam-diam mendeteksi aku. Kamu bandingkan aku dengan pacarmu dari berbagai sudut pandang."

"Cut,"potong Ben,"Dalam dugaanmu, apa tujuan membandingkan hal itu?" suara Ben terdengar keberatan.

"Lho, bukankah Kamu mengatakan hubungan kalian sedang tidak baik-baik saja? Bukankah Kaukatakan pacarmu ada kecenderungan suka memamerkan daya tarik fisiknya serta pencemburu parah? Selain itu, ia pun terlalu mandiri sehingga sebagai lelaki Kamu merasa tidak dituntut untuk menafkahi. Kamu hanya dituntut untuk komunikatif seirama dengan hobinya yang berkaitan dengan linguistik. Kamu merasa tidak nyaman dengan semua itu. Sebagai lelaki Kamu tentu ingin bekerja meskipun sekadar untuk membelikan skincare kepada wanita tercinta.

Sebagai orang yang terlatih mengendalikan nafsu, yang juga merasa tertarik kepadamu, aku tak akan gegabah menindaklanjuti omonganmu itu."

"Why?"

"Kamu mengatakan punya pacar, Say. Itu artinya Kamu tengah mendeteksi karakter aku. Sedemikian menarik ciri fisikmu dan prestasi serta ijazahmu yang potensial membuatmu bakal kaya raya. Potensial untuk kupamerkan menemani kecantikan aku. Tapi Dick, Kamu bilang punya pacar, kan? Sebrengsek apa pun ulah pacarmu, ketika Kamu curhat, Kamu butuh solusi, kan?"

Lihat selengkapnya