Jika yang dapat mendamaikan hanyalah waktu, bisakah bersamanya maaf pun terucap.
Perjalanan Jakarta – Sukabumi tidak terlalu jauh hanya memakan waktu 3 hingga 4 jam saja menggunakan mobil, namun Hito memutuskan untuk menginap selama dua minggu dengan menyewa satu vila yang berada ditengah-tengah lokasi yang akan dijadikan objek foto. Kabupaten Sukabumi memiliki lebih dari 28 titik pantai di sana lah akan dijadikan tempat tempat pemotretan, yah minimal bisa setengahnya walau tidak harus semua begitu harap Hito saat meeting kemarin.
Hito memang perfeksionis namun diikuti dengan pemenuhan seluruh kebutuhan rekan kerjanya hal tersebut yang membuat Betari dapat bekerjasama hingga bertahun-tahun, seperangkat dengan Feni dan juga Mario dan beberapa kru lainnya yang menyiapkan seluruh apa yang diinginkan oleh Hito, oleh klien. Klien mana yang tidak mau bekerja sama dengan cara kerja Hito walaupun bertarif tinggi hasilnya tentu memuaskan.
Dari semua kru yang tiba di kantor Hito, Betari akan paling cepat sampai sekali pun ia dari Bandung. Tari akan lebih cepat dua jam dibandingkan dari jadwal sebelumnya, bertemu jam delapan pagi maka ia akan datang pukul enam pagi. Dua koper besar belum termasuk koper Feni sudah bertengger di depan pintu kantor Hito, pak Jojo membantu menurunkan koper tersebut dan pulanglah pak Jojo ke Bandung sebelum nanti menjemput Tari dua minggu kemudian. Ternyata koper lain sudah ada di sana tidak seperti sebelum-sebelumnya. Hanya satu koper berukuran kecil setengah dari milik Tari. Ia melihat ke arah kanan dan kiri mencari-cari siapa pemiliknya.
“Itu koper saya.”
“Oooh.”
“Kenapa supirnya di suruh pulang?”
“Kasian kalau harus ikut dan nunggu.”
“Jadi kamu ikut rombongan?”
“Iya.”
“Ikut mobil saya aja!”
“Enggak usah terima kasih.”
“Enggak usah terlalu keras, rombongan Hito bakal penuh kamu pasti sama saya.”
“Gue pasti diprioritaskan sama Hito.”
“Kalau ada kru yang enggak dapat tempat tempat gimana?”
“Ya kru yang sama elu bukan gue!” Tari pun pergi menyapa yang lain, ia kemudian menghampiri Feni yang memilih menghindar sedari awal Arifin dan Tari berbicara. Tak lupa ia pun membagikan kue serta bekal lain yang sudah Tari pesan dan langsung diantar ke kantor Hito.
“Kalau ada lu kita enggak akan kelaparan.” Celetuk Mario saat menerima sekotak makanan yang berisi kue dan juga nasi uduk.
“Tari kamu sendiri udah makan?” Tanya Hito.
“Gue udah kok.”
“Udah minun obat sama vitamin-vitaminnya?”
“Aman kok Hit!” , “Oh ya Hit, thankyou ya udah perhatian.”
“Sama-sama.” Jawab Hito sambil tersenyum.
Ini untuk pertama kalinya dalam bertahun-tahun bekerja sama dengan Tari ia tersenyum terlebih perhatiannya. Namun sebuah pemandangan lain yang dilihat oleh Feni berbeda, sepasang mata yang memperhatikan dari kejauhan pembicaraan tersebut dan tanpa henti memperhatikannya. Dalam waktu bersamaan Feni membuktikan kecurigaannya sendiri bahwa perhatian Hito memang tidak biasa, terlebih saat mendengar kabar Tari tak sadarkan diri hampir meneleponnya setiap hari untuk menanyakan kabar Tari.
Setelah berkumpul semua dan mengecek satu per satu kelengkapan dan perjalanan pun dimulai. Benar saja mobil tidak cukup menampung satu orang pagi karena membawa banyak perlengkapan selama dua minggu, dan Mario memutuskan untuk bersama Arifin menaiki mobilnya. Arifin sendiri membawa mobil pribadi karena bawaanya untuk pemotretan. Tari berhasil untuk tidak menaiki mobil Arifin perasaan tersebut membuatnya lega, ia akan satu mobil dengan kru lain walaupun berdesak-desakan.
“Menurut gue Tari aja yang bareng gue gimana Hit?”
“Ih kok gue sih, kan Mario udah mau.”
“Oke!” Jawab Hito
“Iya gue setuju! Lu belum benar-benar puluh Tar, gue ikutbrombongan lu sama Arifin lagian kalian udah kenal juga kan?”
“Iya betul apa kata Mario, pas sampai harus langsung foto jadi fisik harus oke.” Hito menyudahi pembicaraan dan bubar semua pada posisi mereka.
“Udah Tari ikut aja, gue sama rombongan barang-barang lu aman sama gue lu tau beres,istrahat dan bersenang-senang bersama mantan!”
“Fen lu curang!”
“Daripada si Hito ngomel lu nurut aja, lagian enak juga.”
“Lu enggak mau bareng gue?”
“Gue kagak diajak nona Tari!” , “ Nih bawa tas lu.”