Tari tidak menemukan Feni di rumahnya, kata orang yang berada di rumahnya ia sedang ada proyek pemotretan diluar kota. Oh ya wajar saja jika ia tidak ada di rumah, Feni akan sibuk dan mulai melupakannya, ia tidak akan pernah mengingatnya lagi. Dan bukankah itu yang diinginkan oleh Feni selama ini. Ia hanya bantu loncatan dan target sebenarnya bukan lah dirinya. Pikir Tari seketika.
Namun menjadi wajar jika Feni tidak berada di rumah, ia memiliki model lainnya yang harus ia urus dan urusan dengan Tari sudah usai. Wajar kalau Tari tidak dapat menemuinya karena ia belum menghubungi Feni dan menanyakannya ada di rumah atau tidak. Ia datang tanpa mengabari terlebih dahulu, sekiranya Tari memberitahukan Feni bisa saja akan meluangkan waktu untuknya, namun ia tidak melakukannya.
Rumah Feni dengan Tari memakan waktu setengah jam dengan waktu tempuh normal menggunakan mobil sekitar 8 kilometer dari rumah Tari yang berada di tengah kota. Rumah Feni terletak diperbukitan di wilayah Bandung Timur, dengan jalanan menurut, menanjak lalu melewati perkampungan dan sampai. Tari sendiri takjub akan dirinya yang baru pertama melewati jalan terjal ke rumah Feni karena biasanya pak Jojo akan mengantarnya.
Lalu Feni setiap hari melalui jalanan ini, disanalah Tari sadar bahwa Feni sudah bekerja keras untuknya, namun siapa yang mau hal seperti ini terjadi, tidak ada. Orang yang bersama dengannya bertahun-tahun, sampai ia mempercayai segala sesuatunya pada Feni namun saat ini, berbeda. Feni tidak lagi seperi awal-awal ia mengenalny, tidak banyak bicara tidak juga ikut campur pada kehidupan pribadinya hingga bertahun-tahun lamanya.
Feni sekarang berbeda, namun apa yang bisa diharapkan sesama manusia ia kan berubah karena apapun yang menyertainya karena kematian lah yang abadi untuknya. Dan Feni kini sudah menjadi manager model papan atas kiprahnya kini diperhitungkan di jagad para model. Ia tidak usah lagi mencari model yang akan dimanagerin, model papan atas akan mencarinya. Ia tidak harus mengirimkan proposal atau lembar kerjasama kepada model yang akan diintainya, model tersebut datang sendiri begitu kabar yang terkahir didengar oleh Tari dari teman-temannya sesama model. Bahkan temannya Luna yang juga model meminta kontak Feni agar bisa memanagerin dirinya.
Feni berhenti secara terhormat, ia tidak melakukan kesalahan apapun tidak seperti pemberhentian manager-manager lain dengan segala kasusnya seperti tidak jujur soal keuangan, penipuan, pelanggaran kontrak kerja bahkan tidak bekerja sebagaimana fungsinya manager. Namun tidak untuk Feni, ia melakukan semuanya bahkan memberikan lebih dari yang seharusnya.
Tari sama sekali tidak berniat mencari keberadaan Feni yang entah di mana, ia kembali memasuki mobilnya lalu menghidupkan mobilnya dan berlalu. Mungkin ini terakhir kalinya ia ke rumah Feni ucapnya dalam hati sambil melihat ke sisi rumah Feni. Dan hubungannya dengan Feni berakhir tidak baik-baik, tidak seperti awal pertemuan mereka yang baik-baik. Tidak ada lagi yang akan menanyainya, tidak lagi yang akan memberikan kontrak kerja dengan segala cara, tidak ada lagi yang menemaninya ke mana pun.
***
Satu pekan berlalu, Tari menghadiri gathering sebuah kafe yang terdapat dibilangan Jakarta Selatan. Ia diundang oleh pemilik yang merupakan bos dari sebuah majalah. Tari sendiri sering tampil dimajalahnya terkadang khusus untuk majalah tersebut, terkadang juga menjadi model sebuah brand yang mengisi majalahnya.
Tari datang sehari sebelum acara, ia memilih tinggal di apartemennya. Tari tidak berupaya mengajak siapapun orang tua, kakak-kakaknya, atau kakak iparnya ia memilih untuk datang sediri walau keraguan datang padanya untuk tidak datang. Ia memikirkan berkali-kali untuk datang atau tidaknya namun jika ia datang maka spekulasi akan semakin kemana-mana.
Kerjasama selama bertahun-tahun lamanya membuat Tari merasa tidak enak jika tidak datang walau kapasitasnya bukan lagi sebagai model yang diundang pada acara tersebut, ia datang sebagai teman dan Anita menganggapnya sebagai sahabat. Tentu akan banyak model yang hadir, bahkan kemungkinan Feni hadir pun sangat besar bahkan Hito.
Tari menggunakan mini dress dengan tangan terbuka bernuansa warna merah muda sesuai dengan dresscode yang terdapat pada undangan. Membawa tas tangan dan sepatu heels berwarna senada, rambut panjangnya ia gerai dengan menggunakan bandana kawat agar tidak menghalangi pandangannya. Ini pertama kalinya ia mendatangi keramaian setekah keputusannya berhenti menjadi , ia cukup canggung dan aneh rasanya.
Tari begitu memikirkan banyak hal, kalau nanti bertemu siapa akan bicara apa. Bagaimana kalau pembicaraan mereka sudah tidak nyambung karena sudah memiliki profesi yang berbeda. Bagaiamana jika ia ditanya macam-macam soal pengunduran dirinya dari dunia model, dan bagaimana kalau Feni sudah berbicara macam-macam mengenai dirinya yang baru berhenti bekerja sama dengannya.
Ia turun dari mobil tepat di depan lobi kafe yang akan dibuka hari ini, Anita langsung menyambutnya saat ia baru saja melangkahkan kakinya dari mobil. Hai sapa Anita, lalu peluk hangat hadir dan membawa Tari menuju ruang acara. Anita menanyakan soal kesehatan Tari yang terdengar sampai ke telinganya, menanyakan keluarganya ia tahu lalu menanyakan keduanya yang berprofesi sebagai dokter dan perawat.
“Ibu memutuskan berhenti lebih cepat.” Jawab Tari.
Lalu menanyakan kabar Feni, Tari tahu ini akan terjadi ia mencoba tetap tenang tak tampak sedikit pun raut wajahnya yang berubah. Seperti yang ia bicarakan pada semua orang orang yang menanyakan hal yang sama, ia berhenti karena ingin berhenti mengingat usia tidak muda lagi.
“Keputusan lu pas banget loh Tar, gue juga melakukan hal yang sama dulu. Akhirnya banting setir bikin majalah sendiri, sekarang majalah cetak kurang oke kondisinya makannya gue bikin kafe ini.”
Tari menghela nafasnya, lega. Anita pernah melakukan hal yang sama dengannya, Anita paham kondisi yang terjadi sehingga ia tidak berpendapat macam-macam. Bedanya Anita melakukannya secara sungguhan dan ia membuktikan dengan membuat majalah sendiri, sedangkan dirinya hanya tidak mau lagi orang-orang bertanya kapan ia menikah, mengapa tidak berama Hito saja, lalu sekarang dugaan muncul lain Arifin menjadi penyebab ia keluar.