“Satu menit sebelum kereta berangkat, aku baru masuk ke dalam kereta dan karena buru-buru bercampur rasa panik, aku masuk di gerbong yang salah. Kru kereta yang melihatku sedang mencari kursiku, kemudian menghampiriku dan membawaku ke gerbong yang benar. Kalau tidak salah, aku naik di gerbong empat karena aku melewati dua gerbong sebelum akhirnya bisa duduk dengan tenang di kursiku.”
“Bagaimana dengan pria yang mengenakan setelan jas hitam itu? Apa Mbak melihatnya di gerbong yang Mbak lewati sebelum tiba di gerbong satu?”
Tirta mencoba bertanya karena dalam benaknya sebuah dugaan muncul. Tak ada manusia yang bisa berada di tujuh tempat sekaligus, jika hal itu terjadi maka hanya ada satu kemungkinan: pria dengan setelan jas hitam itu punya kaki tangan dan semuanya memiliki karakteristik yang mirip dan mengenakan pakaian yang sama, topi yang sama dan membawa tongkat yang sama. Itulah yang Tirta pikirkan dan hanya keadaan itu satu-satunya penjelasan yang bisa menjelaskan pria dengan setelan jas hitam itu bisa ada di tujuh gerbong dalam waktu yang hampir bersamaan. Hanya itu caranya. Hanya itu penjelasan yang tepat karena tak satupun dari kami bisa dengan jelas melihatnya wajahnya karena topi yang dikenakannya dan hanya tujuh orang yang melihatnya secara langsung. Lalu dari tujuh orang itu, baru satu orang yang sadar dari tidur panjangnya karena beberapa luka mereka yang serius.
Asa menggelengkan kepalanya merasa sedikit ragu. “Aku rasa ... aku tidak melihatnya.”
Huft! Tirta mengembuskan napasnya merasa sedikit kecewa dengan dugaan kecilnya. Tapi Tirta masih tidak menyerah. “Silakan dilanjutkan ceritanya.”
Tirta mempersilakan Asa untuk melanjutkan ceritanya.
“Perjalanan itu awalnya berjalan dengan tenang dan nyaman. Meski aku terus melihat ke arah jendela untuk menikmati pemandangan sepanjang jalan, dari bayangan yang terpantul di kaca, aku bisa dengan jelas melihat ekspresi beberapa penumpang yang duduk tidak jauh dariku. Beberapa terlihat sibuk dengan pekerjaannya, beberapa tidur dengan tenang dan beberapa sama sepertiku: menikmati perjalanan itu. Semua baik-baik saja hingga kereta yang harusnya berhenti di Stasiun Balapan Solo, tidak menurunkan kecepatannya dan terus melaju.”
“Keterangan yang kami terima dari pihak stasiun juga seperti itu.”
“Hari itu ... beberapa penumpang di gerbong satu bersiap untuk turun di Stasiun Balapan Solo ... “
20 November 2022.
Pukul 14.34, empat menit sebelum jadwal kereta tiba di Stasiun Balapan, Solo.