“Jujur saja ... karena aku berharap mati, aku tidak terlalu peduli dengan keadaan genting itu. Jika akhirnya aku memang mati, aku hanya menyayangkan satu hal: aku tidak bisa melihat tempat yang aku ingin datangi. Itu saja. Tapi ... “
“Tapi apa?” Tirta bertanya dengan cepat ketika Asa menghentikan ceritanya di saat yang paling Tirta tunggu-tunggu.
“Tapi aku tidak bisa membiarkan orang lain mati karena aku.”
Mendengar penjelasan Asa, Tirta teringat dengan sebutan saudara Asa-Mega yang menyebut Asa sebagai anak pembawa sial hanya karena kematian selalu berada di dekat Asa.
“Aku tahu, aku tidak akan pernah bisa mengerti dengan situasi, Mbak, karena aku tidak pernah berada di posisi, Mbak. Hanya saja ... tidakkah Mbak merasa jika hidup sesuatu yang baik mungkin akan menunggu Mbak nantinya??” Tirta mencoba untuk bicara dengan hati-hati.
Asa membalas ucapan Tirta dengan senyuman.
Tirta melihat dan memperhatikan senyuman itu dan berusaha memahami arti senyuman itu. Itu bukan senyuman pahit juga bukan senyuman yang dipaksakan. Senyuman itu apa artinya? Apa Asa yang sempat merasa putus asa dan ingin mati, kini telah menemukan sesuatu yang membuatnya berubah pikiran? Kalau itu benar, apa itu? Apa yang membuatnya berubah pikiran??
“Detektif benar. Harusnya aku melakukan itu.”
Baru saja Tirta memikirkan arti dari senyuman Asa, wanita itu kini memberikan jawaban seolah telah mendengar apa yang Tirta katakan di dalam benaknya. Akan tetapi, jawaban itu tidak memberikan jawaban sepenuhnya untuk pertanyaan Tirta di dalam benaknya. Pertanyaan lain muncul di dalam benak Tirta sebagai bentuk dari jawaban yang masih dicarinya.
Mungkinkah kecelakaan itu membuatnya sadar bahwa kematian lebih menakutkan dari apapun??
20 November 2022
Pukul 16.40, satu jam sebelum kecelakaan terjadi.
“Tepat pada pukul 17.40 kereta ini akan menabrak stasiun pemberhentian terakhir. Kalian semua akan mati dalam kecelakaan itu. Tentunya aku tidak termasuk.” Pria dengan setelan jas hitam menjawab pertanyaan dari pria dengan setelan jas coklat.
“Kita semua akan mati?” tanya wanita dengan banyak perhiasan di tubuhnya.
“Ya.”
“Itu tidak mungkin!!! Aku masih baru berumur sekitar 50 tahunan dan masih belum banyak melakukan apa yang ingin aku lakukan! Aku belum mau mati!!” teriak wanita dengan banyak perhiasan di tubuhnya.
“Jika ucapanmu benar-kami semua akan mati dalam kecelakaan itu-kenapa kamu membuat kami berkumpul di sini? Tentu ini ada alasannya kan??” tanya wanita dengan penampilan anggun.
“Pintar sekali. Aku melakukannya karena ada tujuannya.”
“Apa itu?” tanya pria berkaos merah dan sedang merekam.