Kepalaku sakit! Bagaimana aku bisa percaya dengan cerita ini?? Pria aneh itu membuat Asa melihat perbuatan Yuni di tahun 1998 dan menemukan ternyata Yuni adalah pembunuh Ibunya. Siapapun yang mendengar cerita ini, tidak akan percaya. Dan lagi ... bagaimana aku memasukkan keterangan ini dalam laporan kecelakaan nantinya? Sialan!! Jika bisa aku ingin bertemu langsung dengan pria aneh yang membuat pengadilan aneh itu dan bertanya langsung padanya!!! Tirta menundukkan kepalanya ketika selesai mendengar cerita Asa mengenai hubungannya secara tidak langsung dengan Yuni-satu dari lima penumpang yang bertemu dengan pria ‘aneh’ bersetelan jas hitam dan terlibat pengadilan kecilnya itu. Meski aku mengatakan aku akan percaya dengan ucapannya, sekarang ... aku benar-benar bingung. Percaya atau tidak, aku tidak tahu.
“Pak?” Ardan memanggil.
“Ehm.”
“Ba-bapak baik-baik saja?” tanya Ardan.
Huft! Tirta menghela napas panjang sebelum mengangkat kepalanya yang merasa sakit karena informasi yang diterimanya dari Asa tidak bisa diprosesnya dengan baik oleh otaknya. Tirta melihat jam tangan di tangan kanannya dan sadar jam makan siang sudah datang.
“Kita rehat dulu.” Tirta melihat sekilas ke arah Ardan dan langsung mengalihkan pandangannya ke arah Asa. “Ini waktunya makan siang kan, Mbak?”
“Mungkin sebentar lagi,” balas Asa.
Tirta bangkit dari duduknya sementara Ardan membereskan peralatannya untuk mengikuti Tirta. “Mbak bisa makan dengan tenang. Kami tidak akan mengganggu makan siang, Mbak.”
“Ya.”
“Nanti kami akan kembali,” ujar Tirta lagi.
“Ya.”
Setelah membantu Ardan membereskan peralatannya dan keluar dari ruang rawat Asa, Tirta bersama dengan Ardan memilih makan di luar rumah sakit. Kebetulan di dekat rumah sakit ada beberapa warung yang berjejer di mana Tirta dan Ardan bisa memilih menu makan siangnya.
“Mau makan apa, Dan?”
“Mie ayam saja, Pak. Kalau makan nasi, nanti takutnya ngantuk, Pak,” jawab Ardan.
“Cih! Mana bisa ngantuk dengar cerita kayak gitu. Minumnya, mau apa?”
“Es jeruk, Pak,” jawab Ardan lagi.
Meski mengomeli Ardan, Tirta memesan dua mangkuk mie ayam dan dua mangkuk bakso untuk makan siangnya. “Pak, Mie ayam dua, bakso dua, satu es jeruk dan satu es teh tawar.”
Tirta dan Ardan hanya perlu lima menit lamanya menunggu dan makanan mereka telah tiba di depan meja mereka, siap untuk disantap.
Slurrrppp!
Dalam lima menit juga dua mangkuk mie ayam dan dua mangkuk yang dipesan Tirta, habis dilahap Tirta dan Ardan.
Sruupp!!
Setelah kenyang menyantap mie ayam dan baksonya, Tirta meminum es teh tawarnya sembari pikirannya berjalan-jalan mengingat cerita Asa di mana Asa melihat ‘dosa besar’ Yuni.
“Dan.”
“Ya, Pak.” Ardan yang juga sedang meminum es jeruknya langsung berhenti meminum es jeruknya.