Kenangan keempat.
Bandung, 01 Desember 2012. Sore hari.
Wiu, wiu, wiu!
Begitu membuka matanya, Asa mendapati dirinya berdiri di depan bangunan rumah sakit dan melihat dirinya di usia 20 tahun berlari bersama dengan sepupunya-Mega ke dalam rumah sakit.
“Kamu tahu momen apa ini, Nona Asa?”
“Aku ingat dengan baik momen ini. Kakek! Kakekku dalam bahaya!’
Asa langsung berlari mengikuti dirinya yang masih berusia 20 tahun masuk ke dalam rumah sakit. Asa ingat dengan jelas ingatan dan pemandangan yang saat ini dilihatnya.
Hosh, hosh!
Akhirnya Asa tiba berhasil mengejar dirinya di usia 20 tahun yang kini tengah duduk menunggu di depan ruang operasi bersama dengan sepupunya-Mega.
“Kamu hanya berhenti di sini dan tidak melihat ke dalam??” tanya pria bersetelan jas hitam.
Asa menoleh ke sampingnya dan menemukan pria bersetelan jas hitam berdiri dengan tenang tanpa napasnya yang sama sekali tidak terlihat tersengal. Asa tadinya ingin bertanya lebih jauh mengenai pria ‘aneh’ di sampingnya yang masih dalam keadaan baik-baik saja itu. Tapi Asa mengurungkan niatnya karena ada masalah lain yang lebih penting saat ini.
“Apa aku bisa masuk ke dalam untuk mencari tahu apa yang terjadi?”
Pria bersetelan jas hitam memiringkan kepalanya sedikit sebelum menjawab pertanyaan Asa. “Itu alasanku membawamu kemari, Nona Asa.”
Asa melihat dirinya lagi di usia 20 tahun, sebelum akhirnya berlari masuk ke dalam ruang operasi di mana Samuri-kakeknya berada sekarang.
“Ke mana Dokter Bimo?? Kita harus segera mengoperasi pasien ini sebelum terlambat!!”
“Saya sudah menghubunginya, Dok! Tapi panggilannya gagal masuk!!”
“Dokter lain, bagaimana dengan dokter lain?? Apa tidak ada yang bisa dihubungi??”
“Semua dokter yang bertugas sedang di dalam ruang operasi. Jika harus menunggu dokter lain, mungkin paling cepat mereka selesai sekitar 30 menit lagi, Dok!’
“Aduuhhh!! Ke mana Dokter Bimo di saat genting seperti ini??? Kenapa belakangan ini Dokter Bimo sering kali seperti ini??”
Asa dan pria bersetelan jas hitam yang masuk ke dalam ruang operasi berhasil menemukan ruang di mana Samuri-kakeknya harus dioperasi. Tapi pemandangan aneh justru menunggu Asa ketika dirinya masuk ke dalam ruang operasi.
“Kenapa mereka tidak segera mengoperasi Kakekku?? Kalau begini, Kakek tidak akan terselamatkan!!”
Asa panik menyadari bahwa Samuri-kakeknya berada dalam keadaan berbahaya karena tidak segera melakukan operasi. Jadi ... Asa berlari keluar ruang operasi untuk menemukan dokter yang bertanggung jawab mengoperasi kakeknya. Asa mencari hampir di seluruh operasi dan berusaha untuk menemukan dokter yang mungkin bisa mengoperasi kakeknya, tapi semua dokter sibuk seperti ucapan dari dokter muda yang sama paniknya dengan Asa.
“Mau aku bantu menemukan dokter penanggung jawab kakekmu, Nona?”
“Ya, tolong.”
Kali ini Asa tidak menolak tawaran dari pria bersetelan jas hitam dan tik!! Pria bersetelan jas hitam menjentikkan jarinya dan Asa berpindah lokasi-sama seperti sebelumnya.