Kenangan kelima.
Bandung, 20 Maret 2018. Siang hari.
Tik!
“Kudengar dulunya kamu adalah mantan dari Gilang dari perusahaan X. Apa itu benar, Jenar?”
“Ya, begitulah. Kami pernah hubungan waktu kami kuliah. Dari mana kamu tahu? Dan kenapa tiba-tiba bahas Gilang? Kamu kenal Gilang?”
"Aku cuma ingin memastikan saja.”
“Memastikan? Memangnya ada apa dengan Gilang?”
“Dari yang aku dengar, Gilang menjomblo untuk waktu yang lama semenjak putus darimu. Kukira Gilang tidak bisa melupakanmu, Jenar. Tapi ternyata Gilang sudah punya pacar.”
“Ah benarkah? Dari mana kamu tahu?”
“Lihat ini! Wanita ini adalah anak dari departemen marketing perusahaan kita. Dia baru saja mengumumkan pertunangannya dengan Gilang dan akan menikah tahun depan dengan Gilang.”
“Heh ... aku nggak tahu jika Gilang yang kerja di perusahaan lain punya pacar yang kerja di perusahaan kita.”
“Sayang banget Gilang putus dari kamu, Jenar. Padahal jelas-jelas kamu yang lebih cantik dan lebih baik dari wanita ini. Bagaimana ceritanya Gilang bisa jadian sama dia yah?”
Ketika membuka matanya, Asa mendapati dirinya berada di kantin perusahaan di mana dirinya dulu pernah bekerja. Di depan Asa saat ini, dirinya menemukan dua wanita sedang bicara satu sama lain. Satu di antara dua wanita itu adalah wanita yang dikenali oleh Asa: Jenar.
“Dia, Jenar. Ternyata dia satu perusahaanku. Kenapa aku tidak bisa mengingatnya tadi?” gumam Asa.
“Ehm, baru ingat?”
Asa melirik ke arah pria bersetelan jas hitam di sampingnya sembari menghapus air matanya yang tersisa di wajahnya setelah puas menangis. “Ya, aku baru ingat jika aku pernah melihat wajah Jenar di perusahaan yang sama denganku beberapa tahun yang lalu.”
“Kalau begitu ... lihat ini!”
Tik!
Sekali lagi, pria bersetelan jas hitam membawa Asa berpindah tempat.
“Sial!!! Kukira Gilang selama ini menjomblo karena tidak bisa melupakanku. Tapi nyatanya dia sekarang bersama dengan wanita dari perusahaan yang sama denganku dan berniat untuk menikah dengannya!!!”
Kali ini ... Asa dibawa oleh pria bersetelan jas hitam ke toilet. Asa mengenali toilet itu karena toilet itu adalah toilet yang pernah didatanginya setiap hari ketika bekerja. Asa melihat Jenar masih dengan pakaian yang sama seperti sebelumnya, yang menandakan jika waktu saat ini masih sama seperti sebelumnya.
“Dari banyak wanita di luar sana, kenapa harus wanita dari perusahaan yang sama denganku??”
Asa mendekat ke arah Jenar dan menatapnya dari dekat. Asa merasa penasaran pada Jenar karena ini pertama kalinya Asa mendengar jika Jenar adalah mantan pacar Gilang yang dulu sempat bertunangan dengan dirinya sebelum Asa masuk ke dalam penjara.
“Sial, sial, sial! Kukira ... kami bisa kembali bersama! Kukira, Gilang masih menungguku!! Tapi nyatanya diam-diam selama ini dia sudah punya pacar dan sekarang sudah tunangan!!! Sial!!!”
“A-aku tidak pernah menduga jika mantan yang Gilang pernah bilang dan katanya satu perusahaan denganku adalah Jenar.” Asa menatap Jenar dengan wajah tidak percaya. Setelah puas menatap Jenar yang terus mengumpat kesal karena Gilang telah bertunangan, Asa menolehkan kepalanya kepada pria bersetelan jas hitam. “Kamu membawaku ke sini, pasti bukan tanpa alasan kan? Pasti ada sesuatu yang dilakukan oleh Jenar padaku sama seperti yang lain?”
Prok, prok!
Pria bersetelan jas hitam memberikan tepuk tangannya kepada Asa. “Kamu telah belajar meski lebih lambat dari manusia lainnya.”