“Ketika saya menyadari tempat saya berada, saya tahu bahwa semua penumpang sedang tertidur seolah tidak ada yang terjadi sebelumnya. Tapi ketika saya melihat wajah tidur penumpang lain, saya tahu bahwa tidur mereka tidak setenang tidur pada umumnya.”
“Maksudnya?” sela Tirta.
“Wajah tidur mereka menunjukkan jika mereka semua sedang ketakutan.”
Tirta mengerutkan keningnya sembari menoleh sejenak ke arah Ardan karena tidak paham dengan penjelasan Asa.
“Maaf, tapi aku tidak mengerti. Bisa tolong jelaskan lebih spesifik lagi.”
Huft! Asa mengembuskan napasnya. “Jujur saja, saya tidak bisa menjelaskannya dengan benar. Tapi dari sudut pandang saya, wajah semua penumpang yang ketakutan dalam tidur mereka adalah karena mereka masih berada dalam mimpi seperti yang saya lihat sebelumnya.”
“Pengadilan itu!”
“Benar.” Asa membenarkan.
“Pukul berapa ketika Mbak membuka mata dan sadar akan apa yang terjadi?” tanya Tirta.
“17.38. Dua menit sebelum kecelakaan terjadi.”
“Dalam dua menit itu, apa Mbak menemukan alasan mengenai situasi Mbak dari pria aneh itu??” tanya Tirta lagi.
Asa memiringkan kepalanya ke kanan sebagai tanda keraguannya. “Saya tidak begitu ingat bagian itu. Saya hanya merasa dua menit itu adalah waktu tersingkat dalam hidup karena saya yang bangkit dari kursi dan berniat untuk membangunkan semua orang, tidak bisa bergerak dan hanya bisa duduk di tempat.”
20 November 2022
Puku; 17.38, dua menit sebelum kecelakaan terjadi.
Tik!
“Duduk, Nona!”
Tadinya ... Asa berniat membangunkan semua penumpang dari tidurnya, tapi ... niatnya dihentikan oleh pria bersetelan jas hitam yang menjentikkan jarinya dan membuat Asa duduk di kursinya lagi.
“Aku harus membangunkan semua orang! Kecelakaannya! Sebentar lagi akan-”
“Ehm! Duduk dengan tenang dan lihat saja!!”
Asa melihat ke arah jam di gerbong dan mendapati saat ini adalah pukul 17.38. Dua menit lagi ...
“Dengan duduk di sampingku, maka kamu akan selamat, Nona.”
“Kenapa?? Kenapa aku??” Asa masih mencoba untuk bangkit dari duduknya untuk menyelamatkan semua penumpang yang ada. “Aku bilang satu-satunya pilihan yang aku punya adalah mati. Aku sudah kehilangan segalanya. Baik kehidupanku maupun orang yang aku sayangi. Jadi ... meski aku tahu semua kemalangan dan kesialanku adalah ulah orang lain yang jatuh menimpaku, hal itu tidak mengubah kenyataan bahwa akulah yang kehilangan.”
“Memang benar, kamu telah kehilangan banyak hal hingga saat ini. Tapi dengan tetap hidup, kamu mungkin akan menemukan hal lain yang berharga nanti. Selama kamu hidup, kamu masih bisa menemukan hal lain di hidupmu yang berharga. Mungkin orang yang kau sayang, mungkin orang yang kamu cinta, mungkin juga keluarga.”
Asa menatap tajam ke arah pria bersetelan jas hitam yang duduk di sampingnya. “Melihat mereka semua tadi, aku sudah kehilangan kepercayaanku pada manusia. Selama ini ... semua orang yang menyayangiku kehilangan nyawa mereka karena manusia lain. Melihat hal itu, bagaimana caraku bisa percaya kepada manusia lain?”
Cittttttt!!!!
Suara rem kereta yang kencang terdengar memekikkan telinga Asa. Dari jendela kereta, Asa dapat dengan jelas melihat bangunan Stasiun Gubeng Surabaya yang akan jadi stasiun pemberhentian terakhir.
“Sisa satu menit lagi ... “ ujar pria bersetelan jas hitam.
Tik!
Pria bersetelan jas hitam menjentikkan jarinya dan membuat semua penumpang yang tadi tampak tertidur, membuka matanya bersamaan.