KARMA (Rewrite the Story)

Bulan Purnama
Chapter #12

Refreshment.

Seperti petir di siang bolong Luna mendengar kabar kalau David sang GM sudah resign dari kantor The Doer Company.

Tidak ada angin tidak ada hujan Bosnya yang MBA dari beasiswa dan lulusan terbaik Utrecht University, The Netherlands jurusan Teknik Kimia itu mengundurkan diri.

Sungguh suatu hal yang hampir mustahil, David sudah seperti jiwanya perusahaan ini. Tanpa David, Sales Department seperti anak itik kehilangan induknya.     

Berita resminya ada perbedaan kebijakan antara Marc, sang President Director dengan David sang GM Sales, perbedaan yang tidak bisa dipertemukan. Pertentangan antara dua super ego. Berita yang sebenarnya hanya Tuhan dan Top Management yang tau.     

Seperginya David, Marc, President Director langsung mengambil kendali kepemimpinan di Sales Department. Dengan sesukai hati dia mengacak ngacak struktur organisasi yang sudah dibuat dengan matangnya oleh David sang GM sekaligus pimpinan dari Sales Department.

Dan Luna pun terkena imbasnya.

“Jadi seperti yang sudah mbak ketahui, Reorganisasi kali ini ada beberapa posisi yang dirotasi. Untuk mbak sendiri akan dipindah ke bagian Logistic. Gaji mba tetap, tidak berkurang. Hanya fasilitas mobil yang diambil. Dan level diturunkan satu tingkat, dari managerial level menjadi supervisory.”

Ranita sang General Manager HRGA menjelaskan tentang rencana perubahan struktur organisasi dengan muka datar, sedatar suaranya seperti sedang diskusi membicarakan menu standar makan di meja makan.  

Luna diam mencoba mencerna kalimat kalimat perempuan muda didepannya.

“Dasarnya apa bu?” Tanyanya beberapa saat setelah bisa mengendalikan campur aduk suasana batinnya. “Baru 3 bulan saya naik ke level managerial dan itu juga saya tidak pernah memintanya, nilai appraisal saya juga bagus tidak ada rapor merahnya, apa ada pertimbangan lainnya?”  

“Sebenarnya Refreshment aja si mbak,” lanjut Ranita masih dengan wajah polos.  

 “REFRESHMENT?” Luna menaikan kedua alisnya mendengar alasan itu, “Seingat saya tidak ada pasalnya di Company Policy book.

Ada juga Performance Appraisal, Development Discussion. Kalau itu tidak dipakai sebagai acuan... terus terang saya kurang paham” Luna kembali terdiam, “Ada option lain buat saya?” Suaranya serak, tiba tiba dadanya terasa sesak.

 “Sementara ini belum. Nanti kita jalan dulu, kita lihat dulu perkembangannya dua atau tiga bulan baru nanti kita diskusi lagi,” jawab Ranita ringan penuh percaya diri.           

“Apa saya boleh mengajukan proposal?”

“Silahkan mbak.”                            

Luna diam seperti memikirkan sesuatu, mencoba mengatur suara dan kata katanya agar tetap terdengar normal dan mudah diterima

“Saya mendukung keputusan management. Saya tidak keberatan mau dipindah ke mana saja, saya sudah biasa, namanya kerja, ke Logistik pun ngga masalah. Tapi saya pikir yang butuh Refreshment bukan hanya Perusahaan saja, sejujurnya saya juga perlu, sudah terlalu lama saya bekerja di sini. Saya akan sangat berterimakasih dan refresh kalau saya pindah bukan ke Logistik di Indonesia. Tapi logistic PC, Italia”

Kini Ranita yang terdiam, mungkin tak menyangka akan mendapat permintaan seperti itu, namun dia cukup bijak menyikapi permintaan Luna. ”Baik mba, nanti akan saya diskusikan dulu dengan management dan PC. Untuk sementara ini Mba setuju dulu ya struktur yang baru,” jelasnya.

Luna tidak mengiyakan tidak pula menggeleng. Keluar ruangan itu setelah Ranita minta waktu untuk mendiskusikan permintaannya.


***

  

Dua minggu kemudian dipanggilah lagi Luna ke ruang HRD. Rasanya semangat kerjanya sudah menurun drastis. Gonjang-ganjing di kantor membuat dia semakin hari makin pesimis.  

“Seperti yang mba juga tau sekarang ini di PC juga lagi ada pengurangan karyawan besar besaran. Sampai sekarang belum ada rencana rekrut karyawan baru baik dari internal maupun external.

RECRUITMENT FROZEN istilahnya.

Ada memang beberapa posisi yang dibutuhkan, tapi capacity Luna over qualification untuk posisi yang ada”      

“Tidak apa bu, over qualification juga, tidak apa” Jawab Luna langsung.  

“Nanti pelan pelan sambil jalan, kita akan kirim mba Luna ke sana. Tapi sementara ini mba Luna terima dulu struktur yang ini”

Akhirnya Luna mengalah.

Deal, saya terima. Saya masih akan tetap bekerja disini sampai ada vacancy di PC Italia”

Luna bersedia tetap berada di kantor itu dengan jabatan yang baru, diturunkan satu level. Sambil menunggu sampai ada lowongan di Pabrik di Italia.

Kemudian Ranita mengeluarkan selembar surat resmi dengan subject yang ditulis dalam dalam font besar besar:


Lihat selengkapnya