KARMA (Rewrite the Story)

Bulan Purnama
Chapter #18

Darah Untuk Kehidupan.

Jangankan untuk bisnis, jualan. Untuk memberi saja aku butuh perjuangan.

Tetapi hari ini perjuanganku tidaklah sia-sia. Perjuangan untuk Donor Darah!

Setiap tiga bulan sekali, aku selalu datang mendaftar. Tapi lebih sering ditolaknya daripada diterimanya. Alasannya, kadang pas tekan darahnya rendah. Padahal normalnya, sehari-hari tekanan darahku selalu rendah, 100/70. Kadang HB nya kurang, minimum HB Darah 12,5 - 17, pernah aku hanya 10.

“Kalo HB ini hubungnnya dengan pola makan, banyakin makan-makanan yang mengandung serat, sayur mayur, protein,” begitu saran Dokter jaga.

Yang tidak pernah kurang adalah Berat badan!

Makanya setiap kali hendak donor, aku benar benar mempersiapkan diri sebelumnya. Benar benar Niat. Antara lain, tidur minimum lima jam sebelumnya. Asupan makanan benar-benar aku perhatikan. Sarapan minimum tiga jam sebelumnya.

Untuk yang ini terkait Peraturan Menteri kesehatan terbaru tahun 2015 yang berhubungan dengan Transfusi Darah, bahwa untuk bisa donor paling tidak puasa minimum tiga jam sebelumnya, ini untuk menjaga kualitas darah agar bagus, tidak keruh.

Padahal aku baru saja makan roti jam delapan pagi, tetap saja dokter menyarankan aku menunggu sampai jam sebelas untuk bisa diambil darahnya. Karena karbohidrat dari roti juga bisa membuat keruh darah.

“Kalau semua persyaratan sudah terpenuhi, tapi darahnya tidak memenuhi standar gimana Dok?” Tanyaku.

“Ya dibuang, sayang kan. Ibu donor kan buat dikasihkan ke orang, bukan buat dibuang,” jelasnya.

Seorang pendonor di sebelahku mulai diukur tekanan darahnya. Kemudian Dokter melihat muka bapak-bapak itu, ada bekas bintik-bintik kemerahan. “Bapak habis sakit cacar ya?” Tanyanya langsung.

Bapak itu mengangguk sambil meringis.

“Sudah berapa lama?”

“Kurang lebih seminggu”.

Langsung dokter membuka tensiometer yang sudah dililitkan di lengannya, dan tidak jadi diukur.

Langsung ditolak seketika.

Lihat selengkapnya