KARMA (Rewrite the Story)

Bulan Purnama
Chapter #19

Bab 3# Uangmu Bukanlah Uangmu

'Apa sebenarnya yang hendak Tuhan sampaikan kepadaku. Pelajaran apa yang yang harus kuambil dari kejadian ini? 

Aku tahu ini adalah pesan Tuhan agar aku menjadi mawas diri. Dan aku tahu ada sebuah mutiara yang bernama hikmah dibalik semua ini. Ini sepenuhnya adalah tugasku untuk mencarinya, Tuhan telah memberi aku akal untuk dapat memikirkannya.

Namun, sampai takbir bergema, halal-bihalal dan saat silaturahmi usai, Luna belum menemukan jawabannya.


***


Luna ingat betul dimana uang itu dia taruh. Segepok uang sepuluhribuan baru, duapuluhribuan baru, limaribuan baru, dan uang lima puluhribuan baru, semuanya disimpan di bawah baju, rak atas lemari pakaian. Uang itu telah disiapkan jauh hari untuk dibagikan keponakan, saudara dan tetangga yang membutuhkan pada saat pulang kampung nanti.

Sudah menjadi tradisi tiap lebaran senang rasanya bisa berbagi rejeki walaupun jumlahnya tak seberapa. Tapi pada saat-saat terakhir Tuhan membuatnya LUPA! Uang itu tidak terbawa alias ketinggalan..!

Luna baru tersadar ketika sudah lebih dari setengah jalan meninggalkan kota Jakarta. Mobil masuk ke pom bensin sekitar jam tiga dini hari. Seperti biasa, selama bulan puasa menjelang lebaran banyak sekali perempuan tengah baya memanfaatkan moment lebaran, mengais rejeki dari pengendara yang mudik ke kampung halaman.

Seorang nenek penjual lontong dan gorengan mendekat ke jendela mobilnya, “Neeng...“ Sapanya.

Setelah cukup lama nenek menungguinya bongkar-bongkar tas dan tak menemukan apa yang dicari, akhirnya Luna hanya dapat mengucap, “maaf Nek...”

Huh, kaya apa rasanya.

Dan perjalanan pulang kampung saat itu pun menjadi perjalanan yang penuh kegundahan dalam sejarah. Luna kehilangan kesempatan untuk berbagi di saat bertemu dengan banyak orang yang membutuhkan yang tidak bisa setiap saat ditemui, padahal silaturahmi ini hanya memungkinkan satu tahun sekali.

Kemudian datanglah satu persatu kejadian yang menyesakkan. Setelah sholat Ied, seperti biasa selalu ada kotak sumbangan yang diedarkan, bukan kotak sesungguhnya, namun seorang ibu yang berkeliling melewati depan shaf sholat sambil membungkuk, menggunakan mukena yang dipakainya sebagai tempat uang sumbangan.

Pas lewat didepannya, sekali lagi Luna mencari, berharap ada uang yang terselip. Ibu itu berdiri di hadapannya cukup lama menunggui mencari uang itu, tapi akhirnya Luna harus menerima kenyataan bahwa dia memang tak punya uang sama sekali. "Maaf...” katanya serba salah.

Dan wanita itu menggeser tubuhnya ke jamaah di sebelahnya tanpa menengok lagi.

Lihat selengkapnya