Karma Si Gundik

Vivi Barbara
Chapter #2

Part 2 : Pertengkaran Ayah dan Anak

Flash Back

Tita membawa Irma ke rumah sakit. Tita tak dapat menahan tangisnya melihat kondisi sang ibu. Irma tak hanya terluka secara fisik tapi juga secara psikis. Tita tak habis pikir hati ibunya terbuat dari apa selalu memaafkan perbuatan bejat sang ayah. Skandal Gunawan dengan wanita tak hanya sekali tapi berkali - kali. Selalu berakhir dengan kata ' Maaf ' dan mereka berbaikan.

Dibantu ART Tita melarikan Irma ke rumah sakit terdekat. Air mata Tita menganak sungai. Kondisi Irma membuat hatinya menjerit pilu. Tita sudah ada di rumah semenjak Gunawan menampar Irma. Tita diam menyaksikan perbuatan Gunawan dan Rara. Tita ingin melihat sikap Gunawan. Apakah Gunawan membela Irma atau Rara ? Tita berharap Gunawan membela Irma, namun harapan Tita pupus. Gunawan membela si gundik daripada sang mami.

Setahu Tita sebejat - bejatnya laki-laki yang berselingkuh tetap membela istri sah daripada selingkuhan. Sekali lagi Tita salah. Papinya tak sebaik yang ia pikirkan. Gunawan membela Rara daripada Irma. Tita kecewa dengan sikap Gunawan.

"Non jangan nangis dong," bujuk Ika, ART yang bekerja di rumah Gunawan. Ketika kejadian berlangsung Ika berada di taman belakang sehingga ia tidak mendengar pertengkaran majikannya.

"Gimana aku ga nangis mbak? Papi keterlaluan. Aku benci Papi," kata Tita terisak tangis menyetir mobil.

"Nanti aja dibahas Non. Sekarang kita bawa Ibu ke rumah sakit. Masalah Bapak diskusikan sama non Tatjana. Pasti kakak non punya solusi masalah ini. "

Tita menghapus air matanya. Ucapan Ika ada benarnya. Tita fokus mengendarai mobil supaya cepat sampai di rumah sakit. Setengah jam di perjalanan mereka sampai di rumah sakit. Tita memarkir mobil di depan UGD. Dengan sigap para perawat membopong Irma masuk ruang perawatan. Dokter segera menangani Irma. Tita disuruh menunggu hingga dokter selesai memberi tindakan.

Tita takut terjadi sesuatu dengan maminya. Semoga mami tidak kenapa - napa dan hanya luka ringan. Ia tak sanggup jika kehilangan mami. Hidupnya akan berantakan jika mami meninggal.

"Non Tita sudah hubungi Non Tatjana? Kabarin non Tatjana soal kondisi Ibu. Dia harus tahu lo Non. " Ika mengingatkan Tita untuk menelpon Tatjana ( dibaca Tatiana ).

Tita segera mengambil Iphone dalam sling bag dan menghubungi Tatjana. Syukurlah Tatjana segera mengangkat teleponnya. " Kak lo dimana ?" Tanya Tita dengan napas terengah.

"Lo tenang dan ambil napas. " Tita berusaha menenangkan sang adik yang dilanda kepanikan. 

Tatjana sudah paham jika Tita menelpon dengan nada bicara seperti ini pasti ada keributan besar di rumah.

Tita mengikuti titah Tatjana. Ia mengambil napas dan membuangnya. Setelah tenang Tita mulai bicara, " Kak mami dirawat di rumah sakit Bunda. "

"Apa ?" Tatjana histeris mendengar sang mami masuk rumah sakit. " Kenapa Mami bisa dibawa ke rumah sakit ?" Giliran Tatjana yang panik dengan kondisi Irma.

"Mami tadi dilabrak sama gundik papi. Namanya Rara. Dia pramugari di TA juga. Papi pukul mami karena belain si gundik. Parahnya si gundik pukul kepala mami pake vas bunga. Asal lo tahu papi ga membela mami dan malah ninggalin mami dengan kondisi luka - luka." Tita bercerita sambil menangis. Berusaha tidak menangis tapi tak bisa. Air matanya keluar begitu saja tanpa permisi.

"Bangsat," maki Tatjana berang.

Tatjana semakin membenci Gunawan. Kadang Tatjana berpikir kenapa terlahir dari benih seorang Gunawan. Menyandang nama belakang Gunawan saja ia tak sudi. Tindakan Gunawan sangat keterlaluan. Tatjana tidak bisa menahan emosi. Gunawan dan Rara dengan kejam menyakiti mami. Mereka sudah keterlaluan dan kelakuan mereka diluar batas.

Flash Back Off

*****

Tatjana mendobrak pintu ruangan Gunawan dengan kasar. Sontak orang - orang berada dalam ruangan tersebut kaget. Gunawan sedang melakukan rapat dadakan dengan lima direksi TA. Gunawan murka melihat Tatjana. Anak sulungnya telah mempermalukan dirinya di depan para direksi. 

Tatjana datang dengan kondisi wajah merah menahan emosi. Tatapannya membuat para direksi lain takut. Gunawan segera mengakhiri rapat. Lima orang direksi meninggalkan ruangan Gunawan. Sekarang hanya ada Tatjana dan Gunawan di ruangan itu.

"Apa kamu tidak punya sopan santun?" Gunawan menghardik Tatjana.

"Tergantung dengan siapa aku bicara," jawab Tatjana angkuh.

Tatjana duduk di sofa kebesaran Gunawan tanpa permisi.

"Siapa yang menyuruh kamu duduk disana?" Gunawan geram dengan kelakuan putri sulungnya.

"Ga ada. Aku aja. Masalah buat papi ?" Tatjana pura - pura bertanya.

Lihat selengkapnya