Surabaya, 2002. Langit sore berwarna jingga keemasan menembus jendela kaca perpustakaan tua di sudut kota. Tempat itu adalah surga tersembunyi bagi pencinta buku seperti diriku. Nama aku Aryasaka. Siswa SMA biasa dengan mimpi yang terlalu besar untuk disebut realistis. Aku ingin menulis kisah yang akan mengguncang dunia, tetapi untuk sekarang, aku hanya mencoba bertahan dengan nilai-nilai matematika yang tidak bersahabat.
Hari itu aku tidak punya rencana selain mencari inspirasi. Perpustakaan tua ini adalah tempat favoritku sejak kecil, tempat di mana aku merasa segalanya mungkin terjadi. Rak-rak kayu tua yang dipenuhi buku berdebu memiliki daya tarik magis yang sulit dijelaskan. Namun, hari itu, sebuah perasaan aneh menarikku menuju sudut yang jarang aku kunjungi sebelumnya.
Di sana, di antara tumpukan buku usang, aku menemukan sesuatu yang tidak biasa—sebuah kotak kayu kecil dengan ukiran pola Sansekerta yang rumit. Rasa ingin tahuku segera melonjak. Dengan hati-hati, aku membuka kotak itu dan menemukan sebuah medali kuno yang tampak seperti peninggalan kerajaan. Cahaya biru redup muncul dari medali saat aku menyentuhnya, membuat jantungku berdegup kencang. "Apa ini...?" gumamku.
Tiba-tiba, dunia di sekitarku berubah. Suara derik lantai kayu perpustakaan menghilang, digantikan oleh gema yang asing. Cahaya biru dari medali semakin terang, melingkupi tubuhku sepenuhnya. Sebelum aku bisa bereaksi, aku merasa seperti ditarik ke dalam dimensi lain.
Ketika aku membuka mata, aku berdiri di tempat yang sama sekali berbeda. Langit di atas berwarna ungu gelap dengan titik-titik cahaya seperti bintang. Di kejauhan, aku melihat struktur bangunan yang melayang di udara, dihiasi dengan ornamen yang tidak pernah aku lihat sebelumnya. "Di mana aku?" tanyaku dengan suara gemetar.
Seorang pria tua dengan jubah biru muncul entah dari mana, menyapaku dengan tatapan penuh rasa ingin tahu. "Selamat datang di Kshetrapala, dunia di mana segala kemungkinan menjadi nyata jika kau mampu mengendalikannya," kata pria itu dengan suara tenang namun penuh wibawa.
Aku bingung. Dunia paralel? Kshetrapala? Ini seperti cerita fantasi yang sering aku tulis di buku catatanku. Namun, ini terlalu nyata untuk disebut mimpi. Aku mencoba berbicara, tetapi kata-kata tersekat di tenggorokanku.
Pria itu melanjutkan, "Medali yang kau temukan adalah *Rachana Prana*. Itu adalah pintu gerbang ke dunia kami. Dan kau terpilih untuk menjelajahi serta mempelajari rahasia di baliknya. Namun, ini bukan hanya tentang kekuatan. Ada tanggung jawab besar yang harus kau emban."
Sebelum aku sempat mencerna apa yang dia katakan, sekelompok anak muda—yang terlihat seusiaku—berkumpul di sekitar. Mereka mengenakan pakaian yang terlihat futuristik namun memiliki unsur tradisional. Salah satu dari mereka, seorang pemuda dengan rambut hitam pekat dan tatapan tajam, memperkenalkan dirinya. "Namaku Sarvendra. Kau adalah pendatang baru, bukan? Kami harus memastikan kau tidak membuat masalah di sini," katanya sambil tersenyum miring.
Aku merasa campuran antara takut, bingung, dan penasaran. Dunia ini penuh dengan hal-hal yang tidak bisa aku jelaskan. Namun, satu hal yang pasti—ini adalah awal dari sesuatu yang besar. Sesuatu yang akan mengubah hidupku selamanya.