Karsa

Ananda Galih Katresna
Chapter #10

The Magician : Curang namun Cerdik

"Sudah saatnya rencana dimulai." Wajah Damar terlihat menjadi begitu serius.

"Rencana? Rencana apa?" Albertus menjadi semakin penasaran.

"Tapi ini sudah terlalu sore, kita lanjut besok." Damar mengambil tasnya lalu berdiri dari tempat duduknya.

Wajah Albertus berubah kecewa mendengar ucapan Damar. Ia melihat kearah teman-temannya yang malah tertawa melihat Albertus yang di biarkan penasaran sendirian. Albertus melihat semua orang disana seperti sudah mengetahui rencana yang dimaksud oleh Damar. Disini Albertus pun menyadari ada sesuatu hal besar yang mereka rencanakan namun belum diketahuinya. Dalam benaknya semakin menyimpan tanya apa sebenarnya yang sedang direncanakan oleh Damar dan kawan-kawannya.

"Kayanya ada yang udah penasaran nih." Ejek Bima sambil melirik ke arah Albertus dan merangkulnya.

Mereka semua keluar dari Sanggar dan berjalan terpisah untuk pulang. Albertus yang hari itu tidak membawa sepedanya pulang bersama dengan Bima dan Boris. Boris mengajaknya karena kebetulan arah pulang mereka ternyata sama dan bima memang membawa mobil ke sekolah. Selama perjalanan, Albertus terus memikirkan rencana apa yang sebenarnya di maksud oleh mereka di Sanggar tadi. Kebingungannya itu ternyata dilihat oleh Boris dan Bima.

"Keliatannya lo kepikiran soal rencana Pak Damar" Ucap Bima yang sedang menyetir dan melihat Albertus yang duduk di kursi belakang lewat kaca spion.

"Kalau Aku boleh tanya. Memangnya itu rencana apa?" Tanya Albertus.

"Kalau itu harus Pak Damar yang kasih tau." Boris menoleh kearah Albertus dari kursi penumpang didepan. "Sekarang mending kita sedikit cerita. Kau mau tahu gimana kita bisa diajak bergabung oleh Pak Damar?" Tambahnya.

"Boleh, Aku mau tahu?" Albertus antusias.

Boris mulai menceritakan kisahnya.

***

Kurang lebih satu tahun yang lalu Boris dan Bima masuk pertama kali menjadi murid SMA Karya. Mereka sudah berteman sejak kecil, dari sejak sekolah dasar mereka selalu berada di Sekolah yang sama. Hal itu bukanlah sebuah kebetulan, sejak dulu Boris selalu ingin berada satu sekolah dengan Bima karena hanya Bima lah temannya yang tahu tentang masalah didalam keluarganya. Bahkan sejak sekolah menengah pertama, Boris sudah sering tinggal dirumah Bima dibanding dirumahnya sendiri. Orang tua Bima pun sudah mengerti keadaan Boris hingga selalu mengizinkannya untuk tinggal di Rumahnya. Boris bahkan sudah menganggap orang tua Bima adalah orang tuanya sendiri.

Awalnya orang tua Bima heran mengapa anak itu sangat sering menginap dirumahnya bahkan hingga berminggu-minggu. Yang lebih membuatnya aneh adalah anak seusia Boris bisa mendapat izin untuk menginap selama itu tanpa dicari oleh orang tuanya. Bima pun menjelaskan jika kondisi keluarga Boris tidak baik-baik saja dan meminta orang tuanya untuk mengizinkan temannya itu tinggal disana. Orang tua Bima pun merasa iba sekaligus marah. Bisa-bisanya seorang anak kecil seusia Boris yang bahkan baru saja mendapat predikat remaja punya masalah sebesar itu. Perasaan itu lah yang membuat Boris selalu diterima disana bahkan diperlakukan seperti anggota keluarga.

Selama tinggal di Rumah Bima, Boris terbilang menjadi anak yang sangat rajin. Ia selalu membantu setiap pekerjaan Rumah, dari mulai bersih-bersih Rumah, mencuci pakaian hingga terkadang dirinya suka memasak untuk semua anggota keluarga. Padahal orang tua Bima sering kali melarang Boris untuk melakukan semua hal itu. Namun, semua hal yang Boris lakukan semata-mata adalah caranya berterimakasih atas perlakuan baik semua anggota keluarga Bima padanya.

Boris terbilang seorang anak yang pintar. Berbeda dengan Bima yang agak kurang dalam pelajarannya. Karena hal itu, Boris selalu membantu Bima untuk belajar walaupun Ia tahu Bima lebih senang membaca buku tentang sulap dan mempelajarinya dari pada membaca buku pelajaran sekolah. Terkadang Boris kesal melihat kebiasaan Bima yang seperti itu namun setidaknya Ia tahu temannya itu tetap belajar walaupun tentang hobi sulap bukan pelajaran sekolah.

Selain selalu berada di sekolah yang sama, mereka pun selalu menjadi teman sekelas bahkan duduk bersama. Karena Boris tahu temannya itu kurang dalam pelajaran, maka setiap ada ujian Ia selalu membantu Bima dengan memberikan jawaban padanya. Walaupun terkadang Ia sering merasa takut aksi mereka akan ketahuan oleh guru yang mengawasi, Boris tetap melakukannya. Setidaknya hanya itu cara untuk membalas jasa sahabatnya yang selalu berbuat baik padanya.

Saat mencapai bangku sekolah menengah atas keadaan sedikit berbeda yang mengharuskan mereka berdua tidak berada di kelas yang sama lagi. Awalnya hal itu terasa bukan masalah yang besar, hingga ujian semester tiba. Bima yang sejak dulu selalu mendapat bantuan dari Boris saat mengerjakan ujian, sekarang harus berusaha dengan kemampuannya sendiri.

"Sial! gara-gara kita beda kelas, sekarang gue gabisa minta jawaban lagi pas ujian." Bima terlihat kesal.

"Mau gimana lagi. Sekarang Kau belajar lah!" Seru Boris memerintahkan Bima untuk belajar.

Namun diri Bima memang tidak pernah hilang akal. Bukannya terpikir untuk belajar, Ia malah menemukan cara lain. Selain untuk meminta temannya mengajarinya tentang pelajaran sekolah, Ia juga meminta temannya untuk menuliskan materi apa saja yang mungkin akan keluar dalam ujian. Namun secara singkat dan didalam kertas yang kecil.

"Maksud Kau contekan?" Tanya Boris dengan nada khas bataknya itu.

Lihat selengkapnya